BISNIS.COM, JAKARTA- Juli 2013, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) akan memasang perangkat radio frequency identification (RFID) pada 100 juta kendaraan bermotor.
Direktur Utama PT Inti Tikno Sutisna mengatakan pemasangan sistem berbasis teknologi informasi ini dilakukan dalam rangka mendukung pemerintah dalam program Sistem Monitoring Pengendalian Bahan Bakar Minyak (SMP BBM) subsidi. PT Pertamina (Persero), sebagai pihak yang menjalankan proyek sudah menetapkan PT Inti sebagai pemenang tender pengadaan alatnya.
“Pada Juli 2013, kami akan mulai memasang di 100 juta kendaraan yang terdiri dari 11 juta mobil penumpang, 80 juta motor, 3 juta bus, dan 6 juta truk di wilayah Jabodetabek,” kata Tikno dalam konferensi pers di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hari ini, Selasa (9/4/2013).
Pihaknya berjanji akan menjalankan seluruh komitmen sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. Adapun alat berbasis IT tersebut rencananya akan diimpor langsung dari China. “Rencananya kami akan kerja sama dengan pabrikan di China,” tambahnya.
Adapun harga penawaran yang ditawarkan oleh PT Inti adalah sekitar Rp18 per liter sampai fase monitoring. Sementara, bila sampai fase pengendalian, PT Inti harus mengeluarkan tambahan investasi sebesar Rp591 miliar.
Namun, hingga kini yang baru pasti akan dilaksanakan adalah sampai pada fase monitoring. “Kalau untuk sampai fase pengendalian, hal tersebut kan masih digodok oleh pemerintah.”
Harap Dukungan Pemerintah
PT Inti berharap mendapatkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, terutama pemerintah dan masyarakat. Hal ini agar proyek SMP BBM bersubsidi dapat berjalan dengan lancar.
Sempat beredar kabar Menteri BUMN Dahlan Iskan berniat membatalkan penetapan PT Inti sebagai pemenang tender, dan ingin memenangkan PT Telkom. Ketika dikonfirmasi mengenai dukungan Dahlan kepada PT Inti, Tikno mengatakan agar ditanyakan kepada Pertamina. “Harusnya kamu tanyanya ke Pertamina yah,” katanya.
Meski begitu, pihaknya mengaku sudah berbicara dengan para deputi di Kementerian BUMN. “Kami sudah bertemu dengan para deputi, mereka netral saja, karena kan sama sama BUMN juga (Inti dan Telkom),” jawabnya.
Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution PertaminaSuhartoko mengatakan berdasarkan hasil evaluasi, penawaran PT Inti memang yang terbaik. Baik dari sisi teknis (terbaik), maupun harga (terendah).
“Harga penawarannya Rp18 per liter (hanya sampai dengan monitoring) dan Rp20,74 per liter (sampai dengan pengendalian),” kata Suhartoko melalui pesan singkatnya kepada Bisnis.
Adapun peserta lainnya, yakni PT Telekomunikasi Indonesia (Tbk) tidak dipilih sebagai pemenang lantaran penawaran harganya yang sangat mahal. “Wah kalau terkait dengan Pak DI (Dahlan Iskan) saya tidak tahu. Proses tender sudah selesai, terserah orang-orang besar mau diapain,” tegasnya.
Sistem RFID ini berfungsi untuk melakukan monitoring konsumsi BBM bersubsidi. Dengan sistem itu pembelian BBM subsidi setiap kendaraan akan tercatat. Kalau pembeliannya sudah melebihi jumlah yang ditetapkan, maka secara otomatis nozzle di SPBU akan mati.
Nantinya, Pertamina akan bekerja sama dengan aparat kepolisian untuk pelaksanaan pembatasan tersebut terutama terkait pendataan kendaraan.
Sementara, bila sistem SMP BBM Subsidi digunakan untuk pengendalian, maka akan ada tambahan alat. Setiap kendaraan akan mendapat smart card yang berisi volume kuota konsumsi BBM subsidi bulanan. Jadi, bila kuota sudah habis sebelum masanya, maka konsumen tidak bisa mengisi BBM subsidi, namun dapat mengonsumsi nonsubsidi.
Selain smart card, setiap tangki BBM kendaraan akan dipasang alat penanda (tag) secara permanen yang akan rusak jika dilepas, sehingga tidak dapat dipindahtangankan. Jadi misalnya, dalam satu bulan angkutan umum diberi kuota 750 liter. Kalau sebelum satu bulan, kuota sudah habis, maka tidak bisa isi lagi.
Di sisi lain, daerah juga bisa mengeluarkan aturan angkutan barang hanya bisa isi solar Rp200.000, kendaraan pribadi Rp100.000, dan kendaraan motor Rp10.000. Itu semua nantinya juga akan dikunci dalam kartu. Pertamina merencanakan pelaksanaan program pengendalian berbasis teknologi informasi dilakukan secara bertahap selama satu tahun.
Pemasangan teknologi ini dilakukan secara bertahap mengingat jumlah SPBU Pertamina di seluruh Indonesia mencapai 5.027 stasiun dengan 91.311 kepala selang pompa SPBU (nozzle).