BISNIS.COM JAKARTA-Metro Department Store, jaringan ritel fasion, menyajikan koleksi busana bernuansa Nusantara karya dari perajin daerah Bali, Lombok dan Sambas dalam penataan yang ekslusif di seluruh gerainya di Jakarta selama bulan ini. Koleksi terbaru fasion musim panas itu tersedia di gerai Metro Pondok Indah, Senayan, Taman Anggrek, Pacific Place dan Gandaria City.
Anskarina Christin, General Marketing Manager PT Metropolitan Retailmart, pemilik jaringan Metro Departement Store, mengatakan bertepatan dengan musim panas saatnya Metro mengeluarkan koleksi terbaru. Kehadiran karya pengrajin Nusantara merupakan program lanjutan tahun lalu sebagai bagian dari program corporate social responsibility (CSR) yang menggandeng Garuda Indonesia dan komunitas Cita Tenun Indonesia (CTI).
"Untuk itu Metro memberikan area penjualan dan berbagai bentuk kegiatan dan pelatihan mendasar mengenai bisnis ritel, pemasaran, grooming serta mengikut sertakan para pengrajin di daerah dalam kegiatan pameran”, katanya di Jakarta, Jumat (5/4/2013).
Dia mengatakan Metro Department Store dan para mitra melihat adanya perkembangan yang positif dari bisnis para pengrajin seperti peningkatan penjualan, improvisasi keterampilan menenun hingga aktifnya pameran di luar negeri.
Kemajuan para pengrajin itu menjadi dasar untuk dilanjutkannya program CSR tersebut dengan tetap memahami karya tenun Indonesia dan pengembangan ekonomi yang berasal dari industri lokal
Selain itu, lanjutnya, para pengrajin nantinya tidak hanya mahir dibidangnya, namun juga terbekali dengan kemampuan menjadi entrepreneur berskala nasional hingga go international.
Christin menjelaskan Metro sangat memahami Indonesia sebagai negeri yang kaya akan aneka hasil tenun tradisional yang dipengaruhi oleh adat istiadat budaya setempat, dan memiliki potensi besar untuk berkembang dan menjadi tren di musim spring kali ini.
Sebagai warisan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan, imbuhnya, dalam programnya CSR kali ini Metro akan lebih memfokuskan pada hasil tenun daerah Sambas, karena songketnya pernah diklaim dimiliki oleh negara lain.
"Kondisi para pengrajinnya yang sangat menyedihkan akibat bekerja hingga kehilangan penglihatan," ujarnya. (LN)