Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI PANGAN : Pasar Saus Sambal Semakin Pedas

BISNIS.COM, JAKARTA – Pasar saus sambal dalam kemasan diyakini memiliki potensi yang besar dengan omzet mencapai Rp1,5 triliun seiring berubahnya pola hidup masyarakat yang membutuhkan kecepatan, kepraktisan, dan efisiensi.

BISNIS.COM, JAKARTA – Pasar saus sambal dalam kemasan diyakini memiliki potensi yang besar dengan omzet mencapai Rp1,5 triliun seiring berubahnya pola hidup masyarakat yang membutuhkan kecepatan, kepraktisan, dan efisiensi.

Yusuf Hadi, Wakil Ketua Umum untuk Kerja Sama Program Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman (GAPMMI), menuturkan industri saus sambal dalam kemasan di Tanah Air memberi kontribusi perputaran uang yang besar. “Data yang kami memiliki perputaran dana pada pasar tersebut Rp1,3 triliun – Rp1,5 triliun,” ujarnya, Rabu (3/4/2013).

Dia menuturkan tren perkembangan pasar saus sambal kemasan tumbuh positif yang ditandai semakin agresifnya beberapa merek untuk berinovasi dan mengeluarkan produk baru yang dibutuhkan masyarakat.

Menurutnya, pemain besar di industri saus sambal kemasan mulai beranjak merambah pasar baru seperti sambal tradisional yang semakin hari semakin banyak diminati oleh masyarakat di Tanah Air.

Firdayani Devi, Brand Manager PT Heinz ABC, menuturkan penerimaan pasar terhadap produk sambal tradisional ABC diklaim sangat baik yakni ketika peluncuran produk Sambal Terasi ABC pada 2011.

“Produk tersebut mendapat respon yang positif dan mencatatkan pertumbuhan dua kali lipat pada 2012,” katanya.

Dia mengungkapkan dengan jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa dan sebagian besar masyarakat menyukai makanan pedas, maka keberadaan sambal yang praktis penyajiannya sangat dibutuhkan konsumen.

Berdasarkan laporan Nielsen 2012, pihaknya mengklaim menguasai lebih dari 52% pasar saus sambal di Tanah Air dan berusaha semakin mengembangkan pangsa pasar dengan meluncurkan produk baru yakni Sambal Masak ABC.

“Keberadaan pasar sambal saus kemasan akan menyerap produksi cabai mentah dari pera petani sehingga menjamin permintaan akan cabai mentah,” ujarnya.

Menanggapi permasalahan impor bahan baku pangan yang terus melonjak, Yusuf menuturkan kondisi ini mau tidak mau harus terjadi karena industri makanan dan minuman memberika nilai tambah atas bahan baku tersebut.

Menurutnya, pengurangan impor bahan baku pangan dapat dilakukan apabila pasokan dari petani lokal dapat ditingkatkan jumlah, standar, dan kualitasnya seperti yang dibutuhkan industri sehingga mampu bersaing dengan produk impor.

“Kami melihat impor memang sulit dihindarkan. Namun, yang terpenting adalah bagaimana industri dapat menghasilkan nilai tambah,” katanya.

Pihaknya memprediksi omzet industri makanan dan minuman domestik dapat tumbuh hingga 10% pada tahun ini menjadi Rp760 triliun, didorong oleh meningkatnya permintaan, harga jual produk, dan penambahan kapasitas produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Others
Sumber : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper