BISNIS.COM, JAKARTA -- Kalangan asosiasi usaha logistik dan angkutan pesimistis program Pendulum Nusantara mampu memangkas biaya logistik hingga 50%. Pasalnya beban biaya logistik terbanyak justru dari pelabuhan, bukan operasional pelayaran yang dijalankan pengusaha.
Hal tersebut diungkapkan kalangan pengusaha dalam dialog dengan wartawan yang membahas Logistik di Indonesia di Jakarta, Selasa (26/03/2013) yang dihadiri antara lain Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Logistik Carmelita Hartoto, Ketua Umum Perusahaan Bongkar Muat Indonesia Bambang K. Rahwardi, Wakil Ketua INSA Asmari Herry, Sekjen Asosiasi Logistik dan Forwader Indonesia Yukki Nugrahawan Hanafi.
Carmelita menyampaikan bahwa Program Pendulum Nusantara terlalu ambisius mendorong pemangkasan biaya logistik hingga mencapai 50%. Pasalnya biaya logistik banyak timbul dari sarana insfrastruktur dan biaya siluman, sehingga pemangkasan hingga 50% sulit dicapai.
"Bagaimana biaya logistik bisa turun hingga 50% apabila biaya kapal bongkar muat di pelabuhan mencapai 70%. Bisa nggak pemerintah memangkas biaya itu?" ujarnya.
Dia menyampaikan pengusaha pelayaran itu hanya mendapatkan porsi sebesar 30% dari total pendapatan. Biaya itu, sambungnya, belum termasuk BBM, cicilan kapal dan gaji karyawan. "Kami hanya mendapatkan sekitar 7% dari total pendapatan itu semua. Itu belum termasuk pajak," tegasnya.
Hal senada disampaikan oleh Asmari. Menurutnya, program Pendulum Nusantara itu dicanangkan oleh Pelindo untuk memangkas biaya hingga 50%. "Apa bisa Pelindo memangkas biaya bongkar muat di pelabuhan hingga 50%. Kami sendiri melihatnya tidak mungkin," terangnya.