BISNIS.COM, JAKARTA—Beberapa target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dinilai sudah tidak valid lagi untuk dicapai.
Ahmad Erani Yustika, Direktur Eksekutif Indef, memperkirakan target pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan tidak akan bisa dicapai sampai dengan masa akhir RPJMN 2010-2014.
“Target RPJMN sudah tidak valid dan memenuhi syarat lagi dengan perkembangan ekonomi global dan situasi politik dalam negeri,” ujarnya, Kamis (14/3/2013).
Sampai dengan masa akhir RPJMN 2010-2014, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi dengan batas bawah 7% dan batas atas 7,7%. Adapun target tingkat kemiskinan ditetapkan sebesar 8%-10%.
Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,23% sepanjang 2012. Adapun, tingkat kemiskinan sebesar 11,66% pada September 2012.
Erani memperkirakan dalam kondisi yang paling optimis, pertumbuhan ekonomi pada 2014 hanya akan mencapai 6,7%.
Adapun, penurunan tingkat kemiskinan diperkirakan hanya 10,8%-11% sampai dengan akhir 2014.
Lebih lanjut, Erani menilai indikator garis kemiskinan yang dipakai pemerintah sangat rendah. Menurutnya, indikator garis kemiskinan tersebut ditetapkan pemerintah hanya untuk memenuhi target tingkat kemiskinan yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
Berdasarkan data BPS per September 2012, garis kemiskinan nasional ditetapkan sebesar Rp259.520 per kapita/bulan.
Adapun dalam laporan Millenium Development Goals (MDGs) 2012, indikator yang dipakai adalah US$1,25 per kapita/hari atau US$37,5 per kapita/bulan dengan asumsi 1 bulan adalah 30 hari.
Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengatakan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014, pemerintah akan mempertimbangkan perkembangan dunia dan nasional terakhir.
Namun, dia tidak mengomentari kemungkinan adanya penetapan asumsi makro yang berbeda dengan target yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014. (ra)