BISNIS.COM, JAKARTA—Pelaku usaha logistik menilai operator pelabuhan Tanjung Priok belum serius turunkan waktu tunggu pelayanan kapal dan barang (dwelling time). Yaitu dari rata-rata 7 hari menjadi 4 hari.
Ketua Asosiasi Logistik Dan Forwarder Indonesia (ALfi) DKI Jakarta, Sofian Pane mengatakan, dwelling time yang ada saat ini menjadi penyebab utama munculnya biaya tinggi. Padahal pemerintah mentargetkan, dwelling time rata-rata hanya empat hari.
Penurunan itu, kata Sofyan, adalah satu-satunya cara menuju efisiensi logistik nasional. "Pelabuhan itu kan harusnya publik service. Bagaimana memberikan pelayanan terbaik untuk mendorong peningkatan ekonomi nasional,"ujarnya kepada Bisnis hari ini, Rabu (13/3/2013).
Kalau dwilling time masih seperti sekarang, kata Sofian, upaya pemerintah menurunkan biaya logistil sulit tercapai. Untuk itu, pelaku usaha mendesak operator pelabuhan, lebih fokus pada pelayanan kepelabuhanan.
Pelindo II cabang Tanjung Priok, kata Sofian, menjadi tolok ukur pelaksanaan logistik nasional. Sebab, lebih dari 65 persen ekspor-impor dan antar pulau dikendalikan dari Tanjung Priok.
Perbaikan dwilling time di Priok itu, lanjutnya, adalah salah satu upaya pembenahan untuk menghadapi pasar bebas negara-negara di kawasan Asean (Integrasi Logistik Asean) pada 2015.
High cost logistik terbesar, kata dia, lebih dari 30 persen bersumber dari pelabuhan. "Jadi kalau mau efisien, pelayanan pelabuhannya dibenahi, jangan hanya mengejar profit,"kata dia.
Sebagai negara yang sedang tumbuh, kata dia, Indonesia menjadi pasar yang cukup menjanjikan. Berdasarkan data, industri logistik nasional dalam dua tahun terakhir rata-rata tumbuh di 10-12 persen per tahun.
Bahkan sepanjang tahun ini, industri logistik nasional diprediksi tumbuh sekitar 14,5 persen. "Tapi kalau pertumbuhan itu tidak diimbangi dengan infrastruktur dipastikan, pertumbuhan akan terhambat. Padahal kita tahu, priok paling dominan,"ujar dia.