JAKARTA – Kapasitas terpakai atau utilisasi pabrik tepung terigu di Tanah Air bisa berpeluang naik menjadi 70% tahun ini seiring pengenaan tindakan pengamanan perdagangan atau safeguard terhadap terigu impor.
Utilisasi 21 pabrik terigu di dalam negeri pada 2012 hanya 60% dari total kapasitas penggilingan gandum (produksi) sebanyak 8,07 juta ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan bea masuk tindakan pengamanan sementara (BMTPS) sebesar 20% yang diterapkan sejak 5 Desember 2012 menekan impor terigu.
Akibatnya, pabrik terigu di dalam negeri berupaya meningkatkan produksi untuk menggantikan terigu impor. Aptindo mencatat konsumsi terigu pada 2012 mencapai 5,05 juta ton yang 388.000 ton di antaranya dipenuhi dari impor.
Pangsa terigu impor pada 2012 turun menjadi 7,68% dari pencapaian tahun lalu yang sebesar 14,39% dari total konsumsi.
“Dengan adanya peningkatan konsumsi 7%-8% per tahun dan penerapan bea masuk tambahan, utilisasi bisa mencapai 70%,” katanya, Minggu (24/2/2013).
Menurutnya, tanda-tanda peningkatan utilisasi mulai terlihat sejak awal tahun. Beberapa produsen terigu saling menanyakan kelebihan gandum masing-masing untuk menggenjot produksi.
“Stok yang mereka miliki menipis karena ada peningkatan permintaan. Mereka tidak mengira kalau dampak bea masuk akan secepat ini,” jelasnya.
Aptindo pun mencatat tiga pabrik terigu lagi akan beroperasi pada 2013-2014 yang menambah kapasitas produksi sebanyak 948.000 ton pada dua tahun mendatang.
PT Sarana Prima Makmur di Banjarmasin direncanakan beroperasi pada 2013 dengan kapasitas produksi 198.000 ton per tahun. Wilmar Group juga masuk ke bisnis terigu dengan mendirikan pabrik terigu di Gresik berkapasitas 300.000 ton dan akan beroperasi tahun ini.
Adapun PT Bungasari Flour Mills di Cilegon menurut rencana beroperasi pada 2014 dengan kapasitas 450.000 ton per tahun. (msb)
