JAKARTA-Manajemen Bumi dituding tidak mempedulikan persoalan dampak batubara terhadap lingkungan dan kerusakan sosial setelah perusahaan itu menggelar rapat pemegang saham dan memutuskan untuk berpisah dengan konglomerat Indonesia, Aburizal Bakrie.
Hal itu disampaikan oleh para pemilik saham pada kelompok organisasi lingkungan dan HAM di London, Inggris yakni Down to Earth, London Mining Network dan War on Want. Kehadiran para pemegang saham dari kelompok sipil itu dalam rapat Kamis lalu, mempersoalkan dampak yang merusak akibat operasi batubara di Kalimantan.
"Pengurus Bumi saat ini kembali gagal untuk menanggapi secara memadai kekhawatiran tentang dampak nyata operasi tambang batubara di Indonesia," kata Andrew Hickman dari Down to Earth dalam siaran pers bersama, hari ini (23/2).
Mereka juga mempertanyakan tentang jaminan apa yang dapat diberikan untuk merespons pengaruh negatif dari operasi batubara tersebut. Kelompok sipil itu mengkhawatirkan masalah kerusakan lingkungan dan sosial serta pekerja tidak akan dibahas secara serius dan tak akan diselesaikan.
Di sisi lain, Hickman juga mempertanyakan masalah kurangnya transparansi pelaporan dan urusan keuangan. Dia juga mempersoalkan apakah pengurus Bumi mendatang akan menyediakan kejernihan dan apakah para pemilik saham dapat meyakini manajemen perusahaan itu bisa berbuat lebih baik.
Bisnis berusaha menghubungi direksi Bumi Plc untuk mengkonfirmasi kritik tersebut, namun belum berhasil dikontak.
Dalam rapat yang digelar Kamis lalu, Nat Rothschild gagal mengganti jajaran dewan direksi di Bumi Plc namun dirinya bergabung dalam jajaran direksi. Namun dia berhasil mengganti dua direktur, termasuk Bakrie, sekutu Nalin Rathod, serta penambahan yang diusulkan, dengan masuknya diplomat Richard Gozney dalam jajaran manajemen yang baru.(foto: thetimes.co.uk)