Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INFLASI 2012: Laju 4,61% Per Oktober Dianggap Nyaman Untuk Pertumbuhan Ekonomi 6,3%-6,5%

JAKARTA: Laju inflasi pada Oktober 4,61% (year-on-year) dinilai sebagai tingkat inflasi yang nyaman untuk perekonomian Indonesia yang tumbuh pada kisaran 6,3%-6,5% pada 2012.Ryan Kiryanto, Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI), mengatakan tingkat

JAKARTA: Laju inflasi pada Oktober 4,61% (year-on-year) dinilai sebagai tingkat inflasi yang nyaman untuk perekonomian Indonesia yang tumbuh pada kisaran 6,3%-6,5% pada 2012.Ryan Kiryanto, Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI), mengatakan tingkat inflasi yang hingga akhir tahun diproyeksi mencapai 4,7%--4,8% merupakan kondisi yang baik bagi perekonomian Indonesia."Itu kondisi yang bagus, kan ekonomi tumbuh kira-kira 6,3%-6,4%, sementara inflasinya diproyeksi 4,7%-4,8%, jadi kita tetap jadi orang 'kaya'," ujarnya di kantor Kemenkeu, Kamis (1/11/2012).Dengan pertumbuhan ekonomi, suku bunga acuan (BI rate) dan suku bunga LPS berada di atas inflasi, jelas Ryan, artinya nilai kekayaan masyarakat Indonesia masih positif. Pasalnya, masyarakat masih bisa menikmati positive real interest rate lantaran tidak digerogoti oleh inflasi."Tingkat bunga, apakah itu surat utang atau deposito, itu kan masih di atas inflasi. Jadi bagus," ujarnya.Badan Pusat Statistik, pada Oktober terjadi inflasi bulanan sebesar 0,16%. Akibatnya, terbentuk inflasi tahun kalender (Januari-Oktober 2012) sebesar 3,66%. Adapun laju inflasi tahunan (yoy) mencapai 4,61%.Ekonom Bank Standard Chartered Eric Sugandi menilai inflasi harus terus dijaga. Pasalnya, inflasi sangat terkait dengan konsumsi domestik yang menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi Indonesia."Inflasi harus dijaga, karena kaitannya dengan konsumsi untuk pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dibutuhkan tinggi, ini perlu untuk menciptakan lapangan kerja dan mulitplier effect. Kalau lapangan kerja tersedia, masyarakat bisa dorong lagi pertumbuhan ekonomi," paparnya.Sementara itu, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menilai dalam tingkat inflasi yang mencapai 4,61% (yoy), stimulus moneter yang dapat diupayakan adalah menurunkan suku bunga pinjaman (lending rate)."Sebetulnya kalau masih mau memberikan stimulus moneter, bunga acuan (BI rate) tidak perlu turun lagi. Yang perlu diusahakan adalah bunga pinjamannya supaya turun," tegasnya.Purbaya menuturkan suku bunga pinjaman Indonesia yang berada di kisaran 13% merupakan lending rate tertinggi di Asia Tenggara, dan bahkan dunia."Negara tetangga kita, Singapura 5%, tapi bunga acuannya hampir 0%. Kita lending rate-nya hampir 13% , BI rate-nya 5,75%. Dengan keadaan seperti ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia dari sisi bunga kalah bersaing, karena terlalu mahal," ungkapnya. (bas) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Diena Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper