MAKASSAR: Bibit kakao jenis Somatic Embryogenesis (SE) yang disebarkan pemerintah melalui program gerakan nasional peningkatan mutu dan produktivitas kakao tidak pernah menguntungkan petani di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.Ketua Umum DPD Pemuda Tani Indonesia Sulawesi Selatan Bahtiar Manadjeng saat ditemui Bisnis, Rabu, (1/8) mengatakan, sebaiknya pemerintah menghentikan saja pasokan bibit SE dalam program gerakan nasional peningkatan mutu dan produktifitas kakao (Gernas Pro Kakao) ini karena petani sudah mulai meninggalkan sistem penanaman dengan menggunakan bibit ini."Petani sudah bisa melihat perbedaan penanaman dengan SE dibandingkan sistem sambung samping. Bagaimana mereka mau pakai SE, kalau batang tanamannya menjulang tinggi tanpa ranting. Coba lihat sistem penanaman sambung samping, batangnya tidak terlalu tinggi karena tanamannya melebar ke kiri dan kanan," ujarnya.Data Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan menyebutkan ada 13 daerah di Sulsel yang telah masuk dalam sentra penghasil kakao seperti Luwu, Luwu Timur, Enrekang, Toraja dan beberapa daerah-daerah lainnya. Rata-rata produktivitas kakao di daerah-daerah itu mencapai 866,75 kilogram per hektar atau mencapai 196.695 ton per tahun.Jika pemerintah memaksa petani menggunakan sistem penanaman SE, dia khawatir ekspor kakao Sulsel akan terus merosot karena kualitas produksi semakin turun dan harga semakin anjlok.Data Asosiasi Pengusaha Kakao Indonesia (Askindo) Sulawesi Selatan menyebutkan ekspor kakao Sulsel yang mencapai 165.108 ton selama tahun 2010 turun hingga 72.790 ton pada 2011.Selama Mei 2012, ekspor kakao Sulsel hanya sebesar 3.889 ton, angka ini menurun drastis dari periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 11.279 ton. Ekspor tahun ini diakui sangat kecil berasal dari Sulsel karena kualitas produksi yang semakin menurun, akibatnya ekspor kakao yang berasal dari pintu keluar Sulsel didominasi dari produksi kakao Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara. Hal sama dikeluhkan juga Ketua Asosiasi Petani Kakao (Apkai) Sulawesi Selatan, A. Sulaiman Husain yang menurutnya petani kakao sudah mulai jenuh dengan persoalan kakao. "Gernas yang seharusnya menjadi solusi belum memberikan hasil optimal,” ungkapnya.Bibit rekomendasi pemerintah yang dijual ke petani dengan harga Rp8.000 per kg menjadi beban produksi petani. Harga bibit SE lebih mahal dibanding harga bibit lokal yang hanya berkisar Rp3.000/kg. “Bibit lokal masih lebih baik. Petani lebih suka menggunakannya melalui sistem sambung samping,” ujarnya.Menurut dia, banyak petani kakao Sulsel yang sudah mulai beralih ke komoditas lain seperti kelapa sawit dan jagung. Total petani kakao Sulsel yang mencapai 297.370 kepala keluarga (KK) per akhir desember 2011 diperkirakan terus menurun tahun ini."Data yang dikeluarkan ini dipastikan akan berkurang, karena beberapa petani yang berada di sentra penghasil kakao di Sulsel sudah mulai beralih ke komoditas lain," ungkapnya. (bas)
GERNAS KAKAO: Bibit Jenis SE Rugikan Petani Sulsel dan Sulbar
MAKASSAR: Bibit kakao jenis Somatic Embryogenesis (SE) yang disebarkan pemerintah melalui program gerakan nasional peningkatan mutu dan produktivitas kakao tidak pernah menguntungkan petani di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.Ketua Umum DPD Pemuda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

12 menit yang lalu
Gerak-Gerik Vanguard, BlackRock, dan Investor Kakap Lainnya di Saham BMRI

42 menit yang lalu
Investor Kakap yang Tetap Aktif Serok Saham Unilever (UNVR)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
25 menit yang lalu
OPINI : Instrumen KLM, Katalis Pertumbuhan Berkualitas
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
