Kreeekbuum!.. suara kayu patah, disusul suara berdebam. Dua kandang ayam panggung seukuran masing-masing 10 m x 50 m runtuh setelah kaki-kakinya yang terbuat dari kayu dolken dihantam mogen---palu besar yang biasa dipakai untuk memecahkan batu kali-- dan didorong bersama-sama hingga ambruk.
Setelah kandang ambruk belasan orang masuk ke dalamnya, memecahkan nampan tempat pakan ayam, menendang alat minum otomatis, dan mengacak-acak terpal plastik yang menjadi alas sekam.Kieek, kieek, kieek!, suara 10.000 anak ayam umur 10 hari yang lari pontang-panting ke sana sini tidak mengurangi aksi brutal ala preman beberapa warga Desa Tegal Kunir Kidul, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten, yang Minggu pagi itu (24 April) merusak kandang ayam milik keluarga (alm) H. Kurnaen.Aksi pengrusakan yang sangat rapi dan terencana itu disaksikan oleh pengelola kandang Ahmad Nabawi dan beberapa pekerja dan pengawas yang ada di dalamnya. Mereka yang dikenali merusak kandang antara lain Maw, Ud, dan Ru.Satu-dua personel polisi Polsek Mauk yang datang ke lokasi tidak diindahkan oleh para perusak kandang, bahkan mereka tertawa-tawa menantang, seolah-olah aksi mereka sah karena dilakukan beramai-ramai.Kandang telah ambruk, menyisakan kepedihan. Kerugian ditaksir mencapai Rp400 juta, berupa kandang ayam, ayam serta pakan yang ada di dalamnya. Tiga orang yang bekerja di dalamnya-satu tenaga kerja terampil dari luar dan dua orang dari desa setempat-- kehilangan pekerjaan.Belum lagi manfaat yang hilang dari kehadiran kandang tersebut berupa kotoran ayam yang jadi pupuk untuk sawah di sekitarnya. Dalam dua kali panen ayam, sudah ratusan karung kotoran ayam yang dimanfaatkan petani setempat untuk menyuburkan sawah.Peras keringatMenurut pengakuan pengelola kandang Ahmad Nabawi, usaha tersebut dibangun dengan susah payah, mengandalkan utang dari bank, mendapatkan kepercayaan bermitra dengan PT Primatama Karya Persada (PKP) yang memberikan fasilitas pinjaman lunak berupa peralatan tempat pakan ayam, alat minum otomatis, dan pemanas.Kandang tersebut baru dua kali panen ayam, jauh dari mencukupi untuk melunasi utang ke bank. Alih-alih mendapatkan untung, kini keluarga (alm) H. Kurnaen harus menanggung sisa utang yang masih besar. "Jangankan untung, bagaimana membayar utang saja kami bingung," kata Nabawi dengan nada getir, membayangkan beban yang harus dipikul.Dengan alasan lalat dari kandang, beberapa warga Desa Tegal Kunir Kidul merusak kandang tersebut yang terletak di Desa Kedung Dalam, desa tetangganya. Padahal belasan kandang di Desa Kedung Dalam beroperasi secara harmonis dengan warga yang ada di dekatnya.Aksi brutal tersebut mengingatkan kita pada kasus perusakan fasilitas karyawan Pembangkit Tenaga Listrik Uap (PLTU) III Banten dengan kapasitas 3 X 315 MW di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang pada November 2008. Kecamatan Kemiri bertetangga dengan Kecamatan Mauk, yang terletak di Tangerang utara.Premanisme menjadi ancaman serius bagi iklim investasi di Tangerang utara. Beberapa kasus sebelumnya juga telah merugikan banyak wirausahawan yang mencoba keberuntungan di daerah tersebut.Kapolsek Mauk Dody Sundoro merespons serius perusakan tersebut. Dari laporan para saksi, dia menuturkan, kejahatan tersebut dilakukan dengan rapi. "Ada petasan sebelum aksi dilakukan. Ini seperti memberikan aba-aba untuk mulai menyerbu kandang." Kasus tersebut sudah masuk dalam laporan Polsek Mauk Nopol 1460/K/IV/2011/Sek Mauk tertanggal 24 April. Para tersangka dijerat dengan sangkaan primer Pasal 170 tentang perusakan.Kasus ini harus menjadi perhatian serius aparat penegak hukum mulai dari Polsek Mauk, Kepolisian Resor (Polres) Kabupaten Tangerang, Polda Metro Jaya, termasuk Pemkab Tangerang. Aparat penegak hukum telah menunjukkan keseriusannya saat menangani kasus perusakan fasilitas karyawan PLTU III Banten dan berhasil mengembalikan rasa aman dan kepercayaan investor. Pengusaha kecil seperti pemilik kandang yang dirusak tentu menginginkan hal yang sama.