Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Ungkap Bakal Ada Investasi Rp1.600 Triliun Masuk ke Sektor Hilirisasi RI

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut investasi senilai Rp1.600 triliun akan masuk ke sektor hilirisasi Indonesia.
Pekerja melakukan proses pencetakan feronikel di salah satu pabrik tambang milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pekerja melakukan proses pencetakan feronikel di salah satu pabrik tambang milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bakal ada investasi senilai US$100 miliar atau sekitar Rp1.600 triliun masuk ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Dia tak memerinci sektor hilirisasi apa yang dimaksud. Namun, Bahlil menegaskan bahwa sudah saatnya Indonesia sepenuhnya menjalankan program hilirisasi, memproses komoditas hingga menjadi produk jadi.

Bahlil lantas mencontohkan, ekosistem baterai untuk mobil listrik di Indonesia, dengan nilai investasi mencapai US$20 miliar, telah menempatkan RI sebagai produsen baterai terbesar kedua di dunia setelah China. Dia pun menyebut, ke depan akan ada investasi baru yang masuk senilai US$100 miliar.

"Nanti bulan November ada investasi US$100 miliar atau Rp1.600 triliun. Sekarang kita akan membangun lagi dari China dan Korea, itu sekitar US$8 miliar yang juga menjadi salah satu yang terbesar dalam mengolah bahan baku nikel hingga menjadi cell battery. Bahkan, Presiden Prabowo meminta hingga menjadi mobil listrik," ujar Bahlil melalui keterangan resmi dikutip Senin (21/7/2025).

Mantan ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu pun menilai hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah, tetapi juga memperkuat ketahanan energi Indonesia.

Adapun, pemerintah baru saja meresmikan Proyek Dragon dengan nilai investasi sebesar US$5,9 miliar pada Juni 2025. Proyek ini dapat menghasilkan baterai kendaraan listrik (EV) dengan kapasitas hingga 15 GWh per tahun.

Proyek Dragon merupakan proyek konsorsium Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) dengan Antam dan IBC. CBL merupakan anak usaha dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL). 

Selain itu, pemerintah juga tengah mengejar target groundbreaking untuk proyek serupa, yakni Proyek Titan. Dalam kesempatan terpisah, Bahlil mengatakan groundbreaking proyek ekosistem baterai EV konsorsium Zhejiang Huayou Cobalt Co dan BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC) itu bisa dilakukan sekitar September-Oktober 2025.

Wacana itu pun mundur dari rencana awal. Sebab, sebelumnya Bahlil sempat menyebut groundbreaking Proyek Titan tersebut bakal dilakukan pada Agustus 2025. 

Huayou menggantikan posisi LG Energy Solution Ltd. yang hengkang dari proyek tersebut. LG sebelumnya berkomitmen untuk berinvestasi senilai US$9,8 miliar atau setara Rp160,8 triliun (asumsi kurs Rp16.413 per US$) pada Proyek Titan dan Omega. 

Adapun, Proyek Titan mencakup investasi pada proyek pertambangan nikel, smelter HPAL, pabrik prekursor/katoda, sementara Proyek Omega mencakup manufakturing sel baterai.  

"Oh belum [groundbreaking dalam waktu dekat], nanti mungkin September-Oktober ya," kata Bahlil singkat di kompleks DPR RI, Selasa (2/7/2025).

Bahlil menyebut, Proyek Titan itu bakal berlokasi di Maluku Utara.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro