Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

idEA Ungkap Faktor Pendorong Pola Belanja Masyarakat Beralih ke Online

Tren belanja masyarakat beralih ke online didorong oleh penetrasi internet, kemudahan transaksi, dan inovasi digital. Konsumen kini lebih selektif dan fokus pada kebutuhan pokok.
Pedagang mempromosikan baju secara online melalui video commerce di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Minggu (4/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pedagang mempromosikan baju secara online melalui video commerce di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Minggu (4/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Ringkasan Berita
  • BPS mengungkapkan adanya peralihan tren belanja masyarakat dari offline ke online, yang menjadi salah satu pendorong utama konsumsi rumah tangga di Indonesia.
  • Menurut idEA, faktor pendorong utama peralihan ini adalah meningkatnya penetrasi internet, kemudahan transaksi, dan inovasi layanan digital yang lebih efisien.
  • Transaksi online meningkat signifikan, terutama selama kampanye Harbolnas, dengan nilai transaksi mencapai Rp31,2 triliun pada 2024, didominasi oleh produk lokal.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) turut mengomentari tren peralihan belanja masyarakat dari luring (offline) ke daring (online) yang diungkap Badan Pusat Statistik (BPS). 

Sekretaris Jenderal idEA, Budi Primawan, mengatakan faktor pendorongnya adalah meningkatnya penetrasi internet, kemudahan bertransaksi, dan inovasi layanan digital.

“Pergeseran ini didorong oleh penetrasi internet yang semakin luas, kemudahan bertransaksi, serta inovasi dari berbagai platform digital dalam menghadirkan layanan logistik dan pembayaran yang lebih efisien,” kata Budi kepada Bisnis pada Rabu (6/8/2025).

Budi juga mengakui apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, frekuensi belanja online meningkat, meski konsumen kini cenderung lebih selektif dan fokus pada kebutuhan pokok atau produk yang memberikan nilai lebih.

Namun demikian, dia mengingatkan  belanja online saat ini tidak hanya melalui marketplace atau aplikasi e-commerce, tetapi juga lewat kanal lain seperti media sosial dan aplikasi chat. 

Sayangnya, idEA tidak mengumpulkan data transaksi harian para anggotanya. Budi mengatakan  hal tersebut lantaran bersifat sensitif dan menjadi informasi internal masing-masing platform. Oleh sebab itu, pihaknya tidak memiliki angka pertumbuhan yang detail. 

“Pengecualian hanya saat kampanye Harbolnas, karena event ini memang digelar bersama Kementerian Perdagangan sehingga ada pemantauan resmi,” kata Budi.

Sebagai gambaran, nilai transaksi Harbolnas 2023 mencapai sekitar Rp25,7 triliun, naik signifikan dibanding awal penyelenggaraan pada 2019 yang sebesar Rp9 triliun. Harbolnas 2024 juga mencatat transaksi di kisaran Rp31,2 triliun, dengan penjualan didominasi produk lokal.

Budi menambahkan, berdasarkan pantauan industri, pertumbuhan e-commerce pada 2025 juga masih positif meskipun lebih moderat dibanding masa pandemi. 

Budi menyebut kategori yang mendominasi di awal tahun ini umumnya mencakup kebutuhan sehari-hari, produk kesehatan dan kecantikan, serta fesyen, diikuti elektronik dan hobi. 

“Sementara itu, konsumen semakin sensitif terhadap harga sehingga promo, gratis ongkir, dan program loyalitas masih menjadi pendorong utama transaksi,” ungkapnya .

Sementara itu, BPS mencatat konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan terbesar ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025, yakni 5,12% secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan periode sama tahun lalu.

Kepala BPS Edy Mahmud mengatakan, fenomena shifting belanja dari offline ke online menjadi salah satu motor penggerak konsumsi masyarakat. 

“Ada hal yang baru, yang mungkin belum diungkap adanya fenomena shifting belanja secara offline ke online, barangkali belum pernah diungkap. Kita memang mudah melihat fenomena secara langsung atau secara offline. Tapi secara online barangkali cukup sulit untuk dilihat,” kata Edy dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Berdasarkan distribusi dan pertumbuhan PDB menurut pengeluarannya, konsumsi rumah tangga menyumbang 54,25% terhadap PDB kuartal II/2025 dengan pertumbuhan 4,97% YoY. Posisi kedua ditempati Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan distribusi 27,83% dan pertumbuhan 6,99% YoY.

Selanjutnya, ekspor berkontribusi 22,28% dan tumbuh 10,67% YoY, sementara konsumsi pemerintah menyumbang 6,93% namun terkontraksi sebesar -0,33% YoY.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro