Bisnis.com, JAKARTA — Realisasi investasi kuartal II/2025 tercatat tumbuh melambat secara kuartalan maupun tahunan. Hal tersebut diikuti dengan penurunan kinerja investasi asing, yang bahkan mencatatkan kontraksi.
Pada kuartal II/2025 investasi memang tercatat lebih besar yang mencapai Rp477,7 triliun. Namun pertumbuhan hanya tercatat sebesar 11,5% year on year (YoY), melambat dari kuartal II/2024 yang kala itu tumbuh hingga 22,5%. Utamanya tertekan penanaman modal asing (PMA) yang kontraksi 6,9% (YoY).
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan P. Roeslani mengungkapkan bahwa realisasi Tanah Air ini terpapar efek dari kondisi geopolitik yang terjadi di sejumlah wilayah.
“Memang tidak dapat dipungkiri, geopolitik yang meningkat ini tentunya mempengaruhi sekarang investasi di seluruh dunia,” katanya dalam konferensi pers, Selasa (29/7/2025).
Melihat data BKPM, perlambatan investasi pada kuartal II/2025 tersebut tertekan oleh PMA yang kontraksi sebesar 6,95% (YoY) dan 12,24% secara kuartalan (quarter to quarter/QtQ).
Meski demikian, investor domestik justru mencatat pertumbuhan yang signifikan sehingga target tahun ini masih dalam jalurnya. Pada kuartal II/2025, penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp275,5 triliun atau tumbuh 30,5% (YoY) dan 17,3% (QtQ).
Baca Juga
Rosan memandang bahwa meski tensi geopolitik tinggi, para investor lokal masih memiliki kekuatan yang besar untuk investasi di dalam negeri. Hal tersebut pun sejalan dengan langkah BKPM memberikan prioritas kepada investor lokal untuk menanamkan modalnya.
Dengan demikian, para investor lokal maupun masyarakat dapat menikmati hasil investasi yang lebih besar. Terlebih, kata Rosan, keberadaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya.
“Dengan adanya sinergi dengan Danantara dalam hal ini, kita lihat juga ini menimbulkan confidence yang lebih tinggi. Jadi kalau kami melihatnya, yang penting angka itu tetap sesuai dengan target yang kami canangkan ke depannya,” ujar Rosan yang juga menjabat sebagai CEO Danantara.
Melihat realisasi investasi PMA kuartal II/2025 menurut negara, Singapura masih menjadi investor utama Indonesia dengan realisasi mencapai US$4,2 miliar. Kemudian diikuti Hongkong senilai US$2,3 miliar dan China US$1,8 miliar.
Amerika Serikat—yang pada kuartal sebelumnya tak masuk lima besar—berada di posisi keempat dengan realisasi investasi senilai US$800 juta. Sementara Malaysia di posisi kelima dengan investasi senilai US$700 juta.
PMA yang masuk terbesar ditempatkan di Sulawesi Tengah senilai US$1,8 miliar, diikuti Jawa Barat dengan nilai yang sama.
Melihat subsektornya, realisasi PMA terbesar digunakan untuk industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya senilai US$3,6 miliar. Investasi yang masuk ke subsektor pertambangan tercatat senilai US$1,3 miliar, sementara jasa lainnya senilai US$1,1 miliar.
Investor asing juga menempatkan modalnya untuk subsektor industri kimia dan farmasi senilai US$700 juta serta subsektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran senilai US$600 juta.