Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) mendorong pemerintah untuk memberikan stimulus berupa insentif energi untuk mengoptimalkan kesepakatan mitra dagang lewat Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
Ketua Umum APSyFI Redma G. Wirawasta mengatakan pasar Eropa lebih ketat untuk memasukkan barang-barang yang diproduksi dengan bahan baku/penolong yang rendah karbon.
Untuk itu, pengusaha membutuhkan dukungan berupa stimulus pemberian energi hijau yang terjangkau industri guna menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan.
“Iya, itu termasuk [HGBT] karena gas masuk energi hijau juga green electric PLN juga agar jadi insentif untuk industri,” kata Redma kepada Bisnis, Minggu (20/7/2025).
Dia menerangkan, isu produk hijau yang menjadi perhatian utama bagi Eropa dari segi bahan baku/penolong maupun terkait dengan jejak karbon atau carbon footprint dalam pengolahan yang mencakup energi hijau maupun logistik.
Oleh karena itu, industri TPT di Indonesia perlu fasilitas insentif terkait industri hijau baik dari sisi energi maupun penggunaan bahan baku/ bahan penolong, termasuk perbaikan aturan terkait B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang sangat ketat.
Baca Juga
“Kita perlu penguatan industri upstream dan midstream agar bisa mensuplai bahan baku, kalau industri bahan baku kita sudah ambruk duluan, kita akan kesulitan memenuhi COO,” jelasnya.
Pihaknya menargetkan dapat mengekspor tekstil hingga 30% dan seiring waktu untuk penyesuaian certificate of origin (COO) dalam 2 tahun bisa naik di atas 50% setelah IEU-CEPA berlaku.
Redma menerangkan bahwa aturan COO sangat penting untuk dipertimbangkan khususnya agar tarif ekspor ke Eropa dikenakan 0%. Syaratnya bahan baku yang digunakan pada produk yang diekspor berasal dari Indonesia atau Uni Eropa itu sendiri.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor produk hulu tekstil (HS 50-54) ke wilayah Eropa Barat mencapai US$24,6 juta pada 2024 dengan volume 8,17 kg, sedangkan ke Eropa Utara mencapai US$986,080 dengan volume 365,691 kg.
Di sisi lain, ekspor produk serupa ke Eropa Selatan mencapai US$24,6 juta dengan volume 8,4 juta kg pada 2024, sedangkan ekspor ke Eropa Timur mencapai US$6,5 juta dengan volume 5 juta kg pada tahun lalu.