Taktik Malaysia
Sementara itu, pemerintah Malaysia memperketat pengawasan terhadap pergerakan chip berteknologi tinggi asal AS dengan mewajibkan izin perdagangan strategis.
Langkah ini dilakukan guna meredam dampak tarif impor baru yang akan diberlakukan Presiden AS Donald Trump mulai 1 Agustus mendatang.
Melansir Strait times, dalam surat yang dikirim pada 8 Juli kepada Raja Malaysia Sultan Ibrahim Iskandar dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim, Trump secara resmi mengumumkan tarif 25% atas ekspor Malaysia ke AS, naik dari 24 persen yang diumumkan pada April.
Langkah Malaysia ini dipandang sebagai sinyal kompromi kepada Washington, demi menjaga hubungan dagang dengan mitra strategis yang juga merupakan tujuan ekspor utama negara tersebut untuk produk semikonduktor dan elektronik, setelah China.
Tahun lalu, Malaysia membukukan surplus dagang sebesar US$24,8 miliar dengan Amerika Serikat.
Baca Juga
Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia pada 14 Juli mengaktifkan kembali Undang-Undang Perdagangan Strategis (Strategic Trade Act/STA) 2010. UU ini mengatur ekspor, transit, transshipment, dan kegiatan perantara atas barang-barang sensitif guna mencegah penyalahgunaan untuk pengembangan senjata pemusnah massal (WMD).
Berdasarkan aturan baru, setiap individu atau entitas bisnis wajib memberi notifikasi kepada otoritas setidaknya 30 hari sebelum pengiriman lintas batas jika chip tersebut berpotensi digunakan dalam aktivitas yang dibatasi.
“Langkah ini bertujuan menutup celah pengawasan sambil pemerintah meninjau kemungkinan memasukkan chip AI berkinerja tinggi asal AS ke dalam daftar barang strategis (Strategic Item Listing/SIL) dalam kerangka STA 2010,” demikian pernyataan resmi kementerian seperti dilansir Straits Times.
Saat ini, daftar SIL mencakup material nuklir, perangkat elektronik, komputer, sistem telekomunikasi, serta perlengkapan keamanan informasi yang berpotensi digunakan dalam pengembangan WMD.
Sebelumnya, pada 3 Mei, Menteri Dalam Negeri Singapura sekaligus mantan Menteri Hukum K. Shanmugam mengungkapkan bahwa server komputer yang kemungkinan besar mengandung chip Nvidia telah diekspor dari Singapura ke Malaysia, dan mungkin diteruskan ke tujuan akhir yang belum diketahui.