Bisnis.com, JAKARTA – Uni Eropa tengah bersiap meningkatkan koordinasi dengan negara-negara lain yang turut menjadi sasaran kebijakan tarif Presiden Donald Trump, menyusul gelombang ancaman terbaru terhadap blok tersebut dan mitra dagang AS lainnya.
Melansir Bloomberg, Senin (14/7/2025), Kanada dan Jepang termasuk di antara negara yang disebut-sebut akan diajak membentuk kerja sama strategis, menurut sejumlah sumber yang mengetahui rencana ini.
Langkah ini diambil di tengah stagnasi negosiasi dagang antara UE dan AS, terutama terkait tarif otomotif dan produk pertanian. Para anggota UE telah menerima pembaruan terbaru tentang status perundingan pada Minggu (13/7).
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan bahwa bloknya akan memperpanjang penangguhan langkah-langkah balasan terhadap tarif AS hingga 1 Agustus, guna memberi waktu tambahan bagi negosiasi. Kebijakan balasan ini sebelumnya dirancang sebagai respons atas tarif baja dan aluminium dari Trump yang kini terancam kembali diberlakukan Selasa tengah malam.
“Kami tetap mengedepankan solusi melalui negosiasi, tetapi pada saat yang sama, kami juga menyiapkan langkah balasan baru agar siap sepenuhnya,” ujar von der Leyen kepada wartawan.
Menurut sumber internal, daftar balasan saat ini mencakup barang-barang AS senilai 21 miliar euro, dan paket tambahan senilai 72 miliar euro serta kontrol ekspor juga telah disiapkan untuk dipresentasikan ke negara anggota secepatnya.
Baca Juga
Meski begitu, von der Leyen menyatakan bahwa instrumen anti-koersi (anti-coercion instrument/ACI), alat dagang paling kuat milik UE, belum akan digunakan. "ACI diciptakan untuk situasi luar biasa, dan kita belum sampai di titik itu,” jelasnya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui unggahan media sosial mendesak agar persiapan terhadap langkah-langkah balasan, termasuk penggunaan ACI, dipercepat jika tak ada kesepakatan sebelum tenggat waktu 1 Agustus.
Sementara itu, Kanselir Jerman Friedrich Merz memperingatkan bahwa tarif 30% yang diancamkan Trump akan “menghantam jantung” sektor ekspor ekonomi terbesar Eropa itu. Ia menyatakan tengah berkoordinasi erat dengan pemimpin negara-negara lain untuk mencegah pemberlakuan tarif besar-besaran ini.
“Dua hal kunci yang dibutuhkan: kesatuan di dalam Uni Eropa dan jalur komunikasi yang baik dengan Presiden AS,” katanya.
Trump sebelumnya telah mengirimkan surat kepada sejumlah mitra dagangnya, termasuk UE dan Meksiko, dengan rincian penyesuaian tarif dan ajakan untuk melanjutkan perundingan. Dalam surat yang dirilis Sabtu lalu, ia memperingatkan bahwa UE akan dikenakan tarif 30% mulai bulan depan jika kesepakatan baru tak segera tercapai.
Harapan akan adanya terobosan dalam negosiasi AS-UE pupus seiring munculnya surat tersebut. Negara-negara lain, seperti Meksiko, juga terkejut menerima surat serupa, padahal tengah mengupayakan jalur diplomatik yang lebih damai.
UE menginginkan batas tarif pertanian maksimal 10%, dan menolak skema kompensasi berupa relokasi produksi ke AS seperti yang diusulkan sebagian pelaku industri otomotif. Fokus negosiasi kini mengarah pada isu tarif mobil.
Sumber internal menyebut pembicaraan akan berlanjut pekan ini. Salah satu proposal awal yang tengah dibahas mencakup pengenaan tarif 10% untuk sebagian besar ekspor UE, dengan pengecualian terbatas pada industri seperti penerbangan dan alat kesehatan.
UE juga mendesak keringanan tarif untuk produk anggur dan minuman beralkohol, serta skema kuota guna meredam dampak tarif 50% atas baja dan aluminium. AS diketahui mengusulkan tarif 17% untuk produk pertanian.
Selain tarif universal yang dijadwalkan mulai Agustus, Trump juga telah memberlakukan tarif 25% untuk mobil dan komponen, serta 50% untuk logam. Ia bahkan mengincar pengenaan tarif sektoral untuk produk farmasi, semikonduktor, dan tembaga.
Meski kesepakatan awal tidak otomatis melindungi UE dari tarif sektoral tersebut, blok ini tetap berupaya menegosiasikan perlakuan istimewa untuk sektor-sektor strategis yang berisiko terkena dampak langsung.