Bisnis.com, JAKARTA — Ketua DPR RI Puan Maharani menitipkan pesan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang tengah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
Dalam pidato pembukaan Sidang Paripurna DPR ke-20, Selasa (24/6/2025), Puan menegaskan bahwa DPR akan memulai pembahasan Pembicaraan Pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2026, setelah pemerintah menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF).
“Oleh karena itu, pembahasan KEM-PPKF 2026 harus telah mengantisipasi hal tersebut [gejolak global] yang dapat berdampak pada kapasitas APBN untuk menjalankan pembangunan nasional.”
Ia menekankan bahwa gejolak geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global berpotensi mengganggu rantai pasok, menekan daya beli masyarakat, serta memperlambat arus investasi. Semua faktor tersebut akan memengaruhi efektivitas pengalokasian anggaran negara.
Tak hanya soal dinamika eksternal, Puan juga meminta KEM-PPKF 2026 memuat respons terhadap isu dalam negeri, seperti putusan Mahkamah Konstitusi terkait kewajiban negara untuk menyelenggarakan pendidikan dasar gratis.
“Melihat kondisi terkini, eskalasi tensi di Timur Tengah memberikan kekhawatiran akan harga komoditas utamanya minyak dan batu bara yang secara langsung berdampak pada pengelolaan fiskal negara,” ujarnya.
Baca Juga
Sementara itu, dalam penyampaian KEM-PPKF 2026 sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menetapkan asumsi dasar ekonomi makro sebagai pijakan RAPBN. Pertumbuhan ekonomi ditargetkan berada pada kisaran 5,2%–5,8% pada 2026.
Sri Mulyani juga memproyeksikan suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun berada di kisaran 6,6%–7,2%, sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan Rp16.500 hingga Rp16.900.
Untuk menjaga stabilitas harga, inflasi diasumsikan sebesar 1,5%–3,5%. Pemerintah juga memperkirakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) berada di rentang US$60–US$80 per barel. Lifting minyak ditargetkan mencapai 600.000–605.000 barel per hari dan lifting gas sebesar 953.000–1.017.000 barel setara minyak per hari.
Sri Mulyani mengakui bahwa proyeksi tersebut mempertimbangkan tekanan geopolitik dan pelemahan ekonomi global yang masih terus membayangi.