Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mewaspadai penurunan pasokan minyak jika Iran menutup Selat Hormuz. Penutupan selat tersebut pun mengancam ketersediaan minyak dan berpotensi mengerek harga.
Adapun, wacana penutupan Selat Hormuz dibahas oleh Parlemen Republik Islam Iran, di mana mereka telah menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz bagi seluruh kegiatan pelayaran. Langkah ini dilakukan usai Amerika Serikat (AS) menyerang tiga fasilitas nuklir Iran.
Juru Bicara (jubir) Kementerian ESDM Dwi Anggia mengatakan, konflik di Timur Tengah saat ini akan memberikan dampak terhadap harga minyak internasional. Terlebih, ada ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran.
"Selain berdampak terhadap harga minyak, terdapat kemungkinan juga berdampak terhadap ketersediaan pasokan," ucap Dwi kepada Bisnis, Senin (23/6/2025).
Terkait harga, dia sepakat dengan sejumlah analisis yang menyebutkan bahwa harga minyak mentah dapat mencapai lebih dari US$100 per barel. Hal ini tentu akan berdampak terhadap harga minyak mentah Indonesia (ICP).
Oleh karena itu, Kementerian ESDM pun terus memantau perkembangan harga minyak dunia di tengah perang.
"Untuk saat ini, perkembangan harga minyak mentah masih terus dipantau pergerakannya," kata Dwi.
Adapun, dalam APBN 2025, asumsi makro untuk ICP adalah sebesar US$82 per barel. Sementara itu, pada bulan-bulan sebelumnya, rata-rata ICP berada di bawah US$80 per barel.
Lebih terperinci, ICP Mei 2025 berada pada level US$62,75 per barel. Angka tersebut turun US$2,54 dari ICP April yang ditetapkan US$65,29 per barel.
Sementara itu, melansir Reuters, harga minyak mentah dunia melonjak ke level tertinggi sejak Januari 2025 pada perdagangan pagi ini, Senin (23/6/2025).
Tercatat, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman terdekat naik US$1,92 atau 2,49% menjadi US$78,93 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) naik US$1,89 atau 2,56% ke posisi US$75,73 per barel.
Stok BBM di Dalam Negeri Aman
PT Pertamina (Persero) menyampaikan stok BBM masih aman di tengah keinginan Iran menutup Selat Hormuz akibat konflik Iran-Israel. Selain BBM, stok minyak mentah di dalam negeri juga masih aman.
Vice President (VP) Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, pihaknya juga berencana mengalihkan rute kapal pengiriman minyak demi menghindari Selat Hormuz. Namun, hal ini berpotensi menaikkan biaya logistik.
"Pertamina telah mengantisipasi hal tersebut dengan mengamankan kapal kita, mengalihkan rute kapal ke jalur aman melalui Oman dan India misalnya. Terkait biaya operasional masih kita cek," kata Fadjar.
Di sisi lain, untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak dunia imbas perang, Pertamina juga terus berupaya menaikkan lifting di dalam negeri. Pertamina menargetkan produksi minyak siap jual (lifting) sebanyak 748.000 barel per hari pada 2025 ini.
"[Produksi] domestik terus kami tingkatkan," kata Fadjar.
ESDM Waspadai Pasokan Minyak Seret Jika Selat Hormuz Ditutup
Kementerian ESDM mewaspadai penurunan pasokan minyak jika Iran menutup Selat Hormuz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Mochammad Ryan Hidayatullah
Editor : Denis Riantiza Meilanova
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

46 menit yang lalu
Antam Gold Outlook After US Strikes on Iran
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

51 menit yang lalu
Skema Pendanaan Koperasi Desa Merah Putih Belum Direstui Prabowo

54 menit yang lalu
Prabowo Renovasi 1.300 Hunian Pesisir Demi Kebut Program 3 Juta Rumah
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
