Bisnis.com, JAKARTA — Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat adanya tanda-tanda pelemahan aktivitas perdagangan global yang sebelumnya sempat meningkat akibat aksi antisipasi terhadap kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Juru bicara IMF Julie Kozack dalam konferensi pers pada Kamis (13/6/2025) waktu setempat mengatakan sejumlah kesepakatan dagang terbaru antara AS dengan China dan Inggris yang menurunkan tarif, serta keputusan Gedung Putih pada 9 April untuk menunda sebagian tarif tertinggi, menjadi sinyal positif terbatas bagi aktivitas ekonomi global.
Namun demikian, data terkini menunjukkan perlambatan aktivitas dan adanya pelipatan tarif baja dan aluminium oleh AS, yang memperumit prospek ekonomi global.
“Kami masih memproyeksikan ekonomi global dalam situasi ketidakpastian yang tinggi, terutama karena negosiasi dagang yang masih berlangsung. Lingkungan penuh ketidakpastian seperti ini cenderung menekan aktivitas ekonomi secara keseluruhan," kata Kozack dikutip dari Bloomberg, Jumat (13/6/2025).
Data ekonomi AS pada awal Juni juga mencatat penurunan impor terbesar sepanjang sejarah pada April lalu. Hal ini menunjukkan berakhirnya tren perusahaan yang mempercepat pengiriman barang sebelum tarif lebih tinggi diberlakukan.
IMF dijadwalkan merilis pembaruan laporan prospek ekonomi global (World Economic Outlook) pada Juli mendatang.
Baca Juga
Dalam proyeksi terakhir yang dirilis April, IMF memangkas estimasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global tahun ini menjadi 2,8%, dari sebelumnya 3,3%.
Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) kembali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk 2025 seiring meningkatnya ketidakpastian global. Terutama disebabkan kebijakan tarif impor Amerika yang menimbulkan hambatan signifikan bagi hampir semua negara.
Mengutip laporan Global Economic Prospects, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hanya di level 2,3%, atau turun 0,4% dari perkiraan sebelumnya. Bank Dunia juga memproyeksikan perlambatan ekonomi di sebagian besar negara dibandingkan tahun lalu
"Ini akan menandai tingkat pertumbuhan global paling lambat sejak 2008, selain resesi global secara langsung," jelas laporan tersebut.
Bank Dunia menyebut, pertumbuhan global melambat karena peningkatan substansial dalam hambatan perdagangan dan dampak luas dari lingkungan kebijakan global yang tidak menentu.