Bisnis.com, JAKARTA — Presiden China Xi Jinping dan Presiden Korea Selatan Lee Jae-Myung, yang baru saja terpilih, melakukan panggilan telepon pertamanya dengan membahas kerja sama untuk menjaga multilateralisme dan perdagangan bebas.
Dilansir dari Bloomberg, Xi menyampaikan bahwa dia telah melakukan panggilan telepon dengan Lee pada Selasa (10//2025). Pernyataan itu terbit di media pemerintah China yakni Xinhua, juga China Central Television (CCTV).
Xi mengatakan kedua negara harus mempromosikan kemitraan strategis ke tingkat yang lebih tinggi. Menurutnya, kedua negara harus menyuntikkan lebih banyak kepastian ke dalam lanskap regional dan internasional.
"Kita harus memperkuat kerja sama bilateral dan koordinasi multilateral, bersama-sama menjaga multilateralisme dan perdagangan bebas, serta memastikan stabilitas dan kelancaran rantai industri dan rantai pasokan global dan regional," kata Xi Jinping, menurut laporan CCTV, Selasa (10//2025).
Sementara itu, Lee meminta China untuk memainkan peran konstruktif dalam membangun perdamaian di Semenanjung Korea. Dia juga mengharapkan ada upaya promosi hubungan bilateral di berbagai bidang, termasuk ekonomi, keamanan, dan budaya.
"[Kerja sama] dalam semangat saling menguntungkan dan menjunjung kesetaraan," ujar juru bicara Lee.
Baca Juga
Presiden baru Korea Selatan juga mengundang Xi Jinping untuk menghadiri pertemuan puncak Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang akan berlangsung di kota Gyeongju, Korea Selatan pada November 2025 mendatang.
Ajakan tersebut disampaikan kurang dari sepekan setelah Lee memenangkan pemilihan presiden Korea Selatan, yang dipicu oleh pemakzulan Yoon Suk Yeol.
Berdasarkan laporan Bloomberg, Lee telah mengisyaratkan sikap yang lebih hati-hati dalam menjaga hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Hal itu menandai perubahan dari Yoon, yang menekankan hubungan yang lebih erat dengan Washington dan kemitraan trilateral dengan Jepang.
Mitra Dagang Korea Selatan
China masih menjadi mitra dagang terbesar Korea Selatan, sementara AS telah menutup selisih sebagai pasar ekspor melalui pemberlakuan tarif Trump. Seoul telah lama perlu menapaki jalur yang hati-hati antara kedua ekonomi raksasa dunia itu.
Peneliti senior di Heritage Foundation, Bruce Klingner menilai bahwa AS mungkin tidak akan menyambut hangat upaya Lee dalam menyeimbangkan penanganan hubungan Korea Selatan dengan China dan AS.
"Pemerintahan Lee akan segera berkonflik dengan penekanan pemerintahan Trump untuk menghadapi tindakan agresif Beijing di Indo-Pasifik," kata Klingner.
Menyoroti tindakan penyeimbangan yang sulit yang dihadapi pemimpin baru Korea Selatan, seorang pejabat Gedung Putih menyatakan berkomentar soal pengaruh China dalam demokrasi. Komentar itu muncul setelah kemenangan Lee, sambil mengatakan pemilihan umum Korea Selatan bebas dan adil.
Lee akan terbang ke Kanada untuk menghadiri pertemuan puncak Group of Seven (G-7) pada pekan depan. Meskipun Korea Selatan bukan anggota G-7, Lee diundang untuk berpartisipasi, menurut kantornya.
Kunjungan tersebut dapat memberi Lee kesempatan untuk pertemuan langsung pertamanya dengan Presiden AS Donald Trump setelah panggilan telepon awal mereka pada Jumat (6/6/2025).
Lee mengatakan bahwa upaya melindungi ekspor Korea Selatan dari rezim tarif Trump akan menjadi prioritas utamanya dalam diskusi bilateral.