Bisnis.com, KARAWANG — Dinas Pertanian Ketahanan Pangan (DPKP) mengungkapkan sejumlah tantangan meningkatkan produksi hortikultura demi ketahanan pangan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Ketua Tim Hortikultura DPKP Karawang Asep Saprudin menuturkan, salah satu tantangan itu adalah pada antusiasme petani. Pasalnya, para petani di Karawang sudah terbiasa menanam padi. Alhasil, menanam produk hortikultura atau tanaman kebun menjadi hal baru.
Karawang sendiri merupakan salah satu sentra padi terbesar di Jawa Barat. Pada 2024, Karawang berhasil memproduksi 1,2 juta ton gabah kering panen.
Asep pun mengatakan, pihaknya mendorong para petani untuk melakukan penanaman tiga kali dalam setahun. Artinya, petani tak lagi menanam padi dua kali setahun.
Untuk penanaman ketiga, sambungnya, para petani bisa menanam padi lagi ataupun produk hortikultura. Namun, kata Asep, minat untuk menanam produk hortikultura masih minim.
"Walaupun kami memang sering penyuluhan, 'Ayo manfaatkan lahan yang ketiganya ditanam sayuran', tapi mereka [petani] kurang antusias untuk tanam hortikultura," kata Asep saat ditemui Bisnis di kantornya, Senin (2/5/2025).
Baca Juga
Selain itu, Asep mengatakan tantangan lain untuk produksi hortikultura adalah masalah modal. Menurutnya, modal untuk menanam hortikultura seperti sayuran lebih tinggi jika dibandingkan dengan padi.
Asep mencontohkan, produksi padi hanya membutuhkan modal sekitar Rp10 juta hingga Rp15 juta per hektare. Sementara itu, modal untuk menanam produk hortikultura bisa mencapai Rp55 juta per bulan.
"Tapi memang hasilnya lebih tinggi hortikultura. Cuma resikonya juga lebih tinggi. Selain itu, serangan hamanya itu lebih besar kalau di hortikultura," jelasnya.
Sementara itu, seorang petani padi bernama Cardi (52) mengatakan pihaknya belum tertarik melakukan penanaman hortikultura pada periode ketiga tanam karena masalah kecocokan.
Sebab, dari faktor musim atau cuaca belum layak untuk menanam sayuran. Adapun periode ketiga penanaman itu umumnya terjadi pada Juli hingga November. Oleh karena itu, dirinya lebih memilih untuk beristirahat saja alih-alih melakukan penanaman periode ketiga.
"Belum cocok. Kalau musim sekarang sih paling istirahat ya," katanya.
Selain itu, Cardi juga mengatakan saat ini harga gabah kering panen sedang bagus. Oleh karena itu, pendapatan petani dirasa cukup dan petani fokus meningkatkan produksi.
Dia merinci, para periode panen Juni ini harga gabah kering panen mencapai Rp6.900 per kilogram (kg). Harga itu lebih tinggi dibanding periode panen sebelumnya, yakni Rp6.300 per kg.
"Sekarang Rp6.900. Kalau yang musim kemarin, Rp6.300. Naik, kalau soal harga, naik," ucap Cardi.