Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja ekspor nonmigas Indonesia ke mitra dagang utama, yakni Amerika Serikat dan China, terpantau anjlok pada April 2025—bertepatan dengan eskalasi perang tarif AS-China. Ekspor ke dua negara tersebut masing-masing terkontraksi 20,87% dan 7,03% secara bulanan.
Pada April 2025, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberlakukan tarif universal sebesar 10% terhadap semua negara yang mengalami surplus, termasuk Indonesia, usai menunda implementasi tarif resiprokal.
Mengacu Berita Resmi Statistik (BRS) soal Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia April 2025, ekspor nonmigas Indonesia ke AS tercatat senilai US$2,08 miliar, lebih rendah dari US$2,63 miliar (Maret 2025).
Meski secara bulanan menurun, tetapi ekspor nonmigas Indonesia ke AS secara tahunan mencatatkan peningkatan hingga 18,43%, dari April 2024 yang senilai US$1,75 miliar.
Sementara melihat data secara kumulatif, pada Januari—April 2025, China tetap merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar yaitu sebesar US$18,87 miliar (22,86%), diikuti oleh Amerika Serikat US$9,38 miliar (11,36%), dan India US$5,59 miliar (6,77%).
Di masa perang tarif antara AS dan China pada April lalu, ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu juga mencatatkan penurunan hingga 7,03% (month to month/MtM), dari US$5,2 miliar pada Maret 2025 menjadi US$4,83 miliar pada April 2025.
Baca Juga
Sama halnya dengan AS, bila melihat data secara tahunan, ekspor RI ke China tetap mencatatkan kinerja positif sebesar 12,9% (year on year/YoY).
Melihat data secara kumulatif periode Januari hingga April 2025, ekspor RI ke China mencapai US$18,87 miliar atau meningkat 7% dari periode yang sama tahun lalu.
Secara umum, kinerja ekspor Indonesia April 2025 mencapai US$20.743,8 juta atau US$20,74 miliar, lebih rendah dari Maret 2025 yang mencapai US$23,25 miliar atau turun 10,77% (MtM).
Deputi Statistik bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan secara umum ekspor bulanan turun, utamanya akibat menurunnya nilai ekspor komoditas lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) sebsar 6,23% secara bulanan atau 24,06% secara tahunan.
“Komoditas bahan bakar mienral HS 27 turun US$162,4 juta, nikel dan barang daripadanya HS 75 turun US$161,1 juta,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (2/6/2025).
Sementara itu, impor mencapai US$20.585 juta atau sekitar US$20,59 miliar pada April 2025, meningkat dari Maret 2025 yang senilai US$18,92 miliar.
Alhasil, neraca perdagangan barang Indonesia pada April 2025 yang berasal dari selisih ekspor dan impor mencatatkan angka senilai US$158,8 juta atau US$0,16 miliar.
"Pada April 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$0,16 miliar dan neraca perdagangan indonesia telah mencatat surplus selama 60 bulan berturut turut sejak Mei 2020," ujar Pudji.