Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dimsum hingga Kangaroo Bond, Ini Alasan Pemerintah Diversifikasi Instrumen Utang Nondolar

Pemerintah mempertimbangkan dengan serius penerbitan Dimsum Bond dan Kangaroo Bond dalam rangka diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) didampingi Wakil Menteri Suahasil Nazara (kiri), dan Wakil Menteri Thomas A. M. Djiwandono (kanan) berbincang di sela-sela konferensi APBN KiTa di Jakarta, Senin (6/1/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) didampingi Wakil Menteri Suahasil Nazara (kiri), dan Wakil Menteri Thomas A. M. Djiwandono (kanan) berbincang di sela-sela konferensi APBN KiTa di Jakarta, Senin (6/1/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah mengambil langkah diversifikasi mata uang selain dolar AS dalam penerbitan surat utang internasional atau bond di tengah berbagai kewaspadaan volatilitas mata uang Negeri Paman Sam. 

Teranyar, Kementerian Keuangan menerbitkan Samurai Bond pada Jumat lalu dan turut berencana menerbitkan utang dalam renminbi (Dimsum Bond) dan dolar Australia (Kangaroo Bond) pada tahun ini. 

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto menjelaskan bahwa pemerintah mempertimbangkan dengan serius penerbitan Dimsum Bond dan Kangaroo Bond dalam rangka diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor.

Di mana diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor sangat diperlukan dalam mengelola portofolio utang pemerintah yang optimal, yakni meminimalkan cost of fund (biaya) dengan risiko yang terkendali.

Sejauh ini, penerbitan utang dalam mata uang selain rupiah telah dilakukan dalam mata uang dolar AS—yang mendominasi SBN berdenominasi mata uang asing—yen jepang, dan euro. 

“Diversifikasi mata uang dalam penerbitan SBN ini menjadi lebih relevan lagi dalam kondisi pasar keuangan global yang sangat dinamis saat ini, termasuk volatilitas USD,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (25/5/2025). 

Dari total Rp7.851,39 triliun SBN yang dapat diperdagangkan per 2 Mei 2025, sebanyak 80% dalam denominasi rupiah dan sisanya dalam valuta asing.

Terdiri dari SBN dalam dolar AS senilai Rp1.322,79 triliun atau 17% dari total SBN. Kemudian euro senilai Rp183,12 triliun atau setara 2% dan yen senilai Rp69,4 triliun yang hanya mencakup 1%. 

Suminto menekankan bahwa pemerintah terus menjaga komposisi utang yang optimal, termasuk komposisi mata uang. Penerbitan dalam rupiah terus didorong dalam rangka pendalaman pasar domestik. 

Sementara penerbitan dalam valas dilakukan untuk perluasan basis investor, memanfaatkan likuiditas global, dan natural hedging atas kewajiban pemerintah dalam mata uang asing.

Masih dalam langkah diversifikasi, pemerintah RI menerbitkan obligasi global berdenominasi yen Jepang atau Samurai Bond sebesar 103,2 miliar yen, pada Jumat (23/5/2025), untuk pembiayaan APBN

Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono menjelaskan dalam rangka diversifikasi instrumen pembiayaan APBN, pemerintah menerbitkan surat utang bertajuk Samurai Bond dalam yen Jepang sebesar 103 miliar yen atau sekitar US$725 juta (sekitar Rp11,75 triliun dengan kurs rupiah Rp16.217 per dolar AS). 

"Diversifikasi instrumen yang diterbitkan hari ini yaitu Samurai Bond dalam yen Jepang sebesar 103,2 miliar yen atau kurang lebih US$725 juta, dengan pricing yang sangat baik," kata Thomas di Konferensi Pers APBN KiTa, Jumat (23/5/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Thomas Mola
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper