Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Ketua Federal Reserve Philip Jefferson mengatakan tarif dan ketidakpastian terkait dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi tahun ini.
Namun, dia menyebut kebijakan moneter berada pada posisi yang tepat untuk merespons sesuai kebutuhan.
Melansir Bloomberg pada Kamis (15/5/2025), Jefferson menekankan meningkatnya ketidakpastian tentang kebijakan pemerintah dan belum adanya kejelasan mengenai apakah tarif akan berdampak jangka pendek atau lebih persisten pada pertumbuhan harga.
Dia menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun ini, tetapi mengatakan masih mengharapkan ekonomi terus berkembang.
"Jika kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini berkelanjutan, kenaikan tersebut kemungkinan akan mengganggu kemajuan dalam upaya disinflasi dan setidaknya menghasilkan kenaikan inflasi sementara," kata Jefferson dalam sambutan yang disiapkan untuk konferensi yang diselenggarakan oleh The Fed wilayah New York.
Dengan meningkatnya risiko bagi kedua belah pihak dalam mandat Fed, Jefferson yakin bahwa sikap kebijakan moneter saat ini berada pada posisi yang tepat untuk merespons perkembangan ekonomi potensial secara tepat waktu.
Baca Juga
Pejabat The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan pekan lalu dan mengatakan ada risiko yang lebih besar bagi ekonomi AS menghadapi pengangguran yang lebih tinggi dan inflasi yang meningkat.
Para pembuat kebijakan tidak menunjukkan keinginan yang kuat untuk menurunkan biaya pinjaman sampai ada lebih banyak informasi tentang status akhir tarif Presiden Donald Trump dan bagaimana tarif tersebut dapat memengaruhi ekonomi.
Terkait hal tersebut, Jefferson mengatakan efek bersih dari berbagai perubahan kebijakan pemerintah, termasuk perdagangan dan imigrasi, kemungkinan akan tetap tidak pasti untuk "beberapa waktu."
Perubahan Tarif
Menggarisbawahi tingginya tingkat ketidakpastian, pemerintahan Trump dan China baru-baru ini sepakat untuk menurunkan tarif sementara selama 90 hari. Itu termasuk menurunkan pungutan AS atas banyak barang Tiongkok menjadi 30% dari 145%.
Para ekonom mengatakan gencatan senjata mengurangi kemungkinan terjadinya resesi besar-besaran akhir tahun ini, tetapi kemungkinan itu tidak cukup untuk mencegah perlambatan ekonomi AS.
Jefferson mengatakan data inflasi terkini menunjukkan kemajuan lebih lanjut menuju target 2% Fed, tetapi memperingatkan bahwa target tersebut belum tercapai. Diaa mengatakan suku bunga saat ini cukup ketat.
Inflasi AS naik lebih rendah dari yang diharapkan pada April, menurut data indeks harga konsumen terbaru yang dirilis Selasa. Laporan tersebut menunjukkan barang-barang yang dikenakan tarif lebih tinggi, termasuk mobil dan pakaian baru, belum menunjukkan jenis kenaikan harga yang diharapkan para ekonom.
“Saya telah menyesuaikan ekspektasi saya terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini, tetapi saya melihat ekonomi AS terus berkembang. Tentu saja, kebijakan perdagangan masih berkembang, jadi implikasi ekonomi akhirnya belum diketahui, dan saya akan mengikuti perkembangan dengan saksama," ujar Jefferson.