Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Amazon Disorot Gedung Putih Usai Dituding Mau Tampilkan Tarif Impor di Harga Produk

Amazon kembali jadi sorotan Gedung Putih terkait laporan bahwa pihaknya berencana menampilkan biaya tarif impor pada harga produk.
Logo Amazon di Amazon Fulfillment Center di Tepotzotlan, Meksiko, 13 Desember 2023./Reuters-Gustavo Graf
Logo Amazon di Amazon Fulfillment Center di Tepotzotlan, Meksiko, 13 Desember 2023./Reuters-Gustavo Graf

Bisnis.com, JAKARTA – Amazon kembali jadi sorotan setelah Gedung Putih memantau raksasa e-commerce terkait laporan bahwa pihaknya berencana menampilkan biaya tarif impor pada harga produk.

Melansir Reuters, Rabu (30/4/2025), Amazon menepis laporan Punchbowl News yang menyebut perusahaan akan menampilkan pengaruh tarif pada harga produk di situs utama Amazon.com.

Perusahaan mengakui bahwa divisi Haul, yang menjual produk murah buatan China, sempat mempertimbangkan opsi tersebut namun akhirnya membatalkannya.

“Kami memang sempat membahas kemungkinan mencantumkan biaya impor pada produk tertentu di toko Haul berbiaya rendah, tetapi ide itu tidak pernah disetujui dan tidak akan dilaksanakan,” ujar juru bicara Amazon.

Kabar ini sempat memicu penurunan saham Amazon sebesar 2% setelah juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt menyebut rencana tersebut sebagai “tindakan bermusuhan dan bermotif politik.” Saham Amazon kemudian pulih dan berbalik naik tipis di sesi perdagangan siang.

Presiden Donald Trump, yang telah memberlakukan gelombang tarif baru terhadap mitra dagang AS, termasuk China, dilaporkan langsung menghubungi pendiri sekaligus CEO Amazon Jeff Bezos untuk mengklarifikasi laporan tersebut.

“Jeff Bezos sangat baik. Dia menyelesaikan masalah dengan cepat. Dia mengambil keputusan yang benar,” kata Trump kepada wartawan.

Perusahaan seperti produsen mobil telah memperingatkan bahwa tarif baru dapat secara drastis meningkatkan harga barang konsumsi. Amazon Haul, yang diluncurkan November lalu dan sangat bergantung pada pengiriman langsung dari China, menjadi salah satu yang paling terdampak kebijakan ini.

Trump baru-baru ini menandatangani perintah eksekutif yang menutup celah hukum perdagangan “de minimis,” yang sebelumnya memungkinkan barang bernilai rendah dari China dan Hong Kong masuk ke AS tanpa dikenai bea masuk. Kebijakan ini mulai berlaku pada 2 Mei.

Pemimpin Mayoritas Senat dari Partai Demokrat Chuck Schumer mendesak para peritel besar untuk mengungkap secara transparan berapa besar tarif yang membebani konsumen.

Sementara itu, anggota DPR dari Partai Republik, Marjorie Taylor Greene, mengomentari isu ini di media sosial.

“Ahhh ayolah Amazon!! Saya sudah sangat bersemangat dengan pelacak tarif Amazon supaya saya bisa menghindari beli barang dari China!!” tulisnya di X.

Reuters juga melaporkan bahwa sejumlah penjual pihak ketiga yang biasanya menawarkan produk buatan China saat Prime Day pada Juli memutuskan absen tahun ini atau mengurangi jumlah diskon yang mereka berikan.

Amazon mengonfirmasi Prime Day akan kembali digelar tahun ini, meskipun tak mengumumkan tanggalnya secara spesifik, berbeda dari kebiasaan sebelumnya.

Trump selama masa kepresidenan pertamanya sering mengkritik Bezos, khususnya karena pemberitaan The Washington Post yang dinilai merugikannya. Namun dalam beberapa tahun terakhir, hubungan keduanya tampak mencair.

Amazon bahkan membeli dokumenter tentang Melania Trump senilai US$40 juta, menyumbang ke dana pelantikan presiden, dan menayangkan acara realitas Trump The Apprentice di Prime Video.

Strategi pendekatan ini tampaknya berhasil. Dalam wawancara dengan The Atlantic yang dipublikasikan Jumat lalu, Trump menyebut Bezos “100%. Dia luar biasa.”

Namun Leavitt kembali menyoroti laporan Reuters tahun 2021 yang menyebut Amazon sempat bekerja sama dengan lembaga propaganda China.

“Inilah mengapa rakyat Amerika harus membeli produk dalam negeri,” tegasnya, sejalan dengan upaya Trump memperkuat rantai pasok nasional dan menghidupkan industri manufaktur domestik.

Amazon pada 2021 menyatakan bahwa pihaknya mematuhi seluruh hukum dan regulasi yang berlaku di wilayah operasinya, termasuk di China.

Gedung Putih juga mengunggah ulang laporan Reuters tersebut di akun media sosialnya pada Selasa. Tidak ada tanggapan lanjutan usai Amazon membantah laporan Punchbowl.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper