Bisnis.com, JAKARTA - Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China berampak buruk terhadap banyak sektor bisnis, tak terkecuali Boeing.
Dilansir dari Reuters, Jumat (18/4/2025), China membatalkan kesepakatan impor pesawat Boeing usai Presiden AS Donald Trump menyatakan 'perang' tarif impor resprokal.
Dikabarkan, ada empat pesawat 737 MAX baru berada di pusat penyelesaian dan pengiriman di Zhoushan, China. Di fasilitas ini, Boeing memasang interior dan mengecat pesawat sebelum diserahkan ke pelanggan di China.
Berdasarkan data dari Flightradar24, tiga pesawat tiba pada Maret, dan satu pesawat lainnya tiba minggu lalu dari fasilitas Boeing di Seattle, .
Namun, publikasi aviasi The Air Current pada Kamis melaporkan bahwa satu dari tiga pesawat tersebut telah ditandai untuk dikembalikan ke Amerika Serikat tanpa proses serah terima.
Ketidakpastian terkait perubahan tarif dapat membuat banyak pengiriman pesawat tertunda. Beberapa CEO maskapai dikabarkan juga lebih memilih menunda pengiriman pesawat ketimbang membayar bea masuk.
Baca Juga
Boieng Incar Pasar Indonesia
Secara historis, Boeing mengirim sekitar seperempat pesawat produksinya ke China. Namun proporsi ini telah menurun akibat ketegangan perdagangan sebelumnya, krisis keselamatan 737 MAX, dan dampak pandemi Covid-19.
Para analis menyebutkan bahwa penghentian pengiriman ke China dalam jangka pendek tidak akan berdampak besar secara langsung terhadap Boeing karena pesawat bisa dialihkan ke maskapai lain.
Namun, dalam jangka panjang, China tetap menjadi pasar strategis bagi Boeing. Perusahaan itu memperkirakan China akan lebih dari dua kali lipat ukuran armadanya pada 2043, dan negara tersebut diprediksi akan melampaui AS di sektor lalu lintas udara.
Ketidakpastian mengenai pengiriman pesawat ini menambah daftar masalah bagi Boeing, yang tengah berupaya pulih secara perlahan setelah tahun yang penuh tantangan—termasuk pemogokan pekerja, peningkatan pengawasan regulasi, dan gangguan rantai pasokan yang terus berlanjut.
Data Boeing menunjukkan masih ada 130 pesanan pesawat dari maskapai dan perusahaan leasing asal China yang belum terpenuhi, termasuk 96 unit 737 MAX. Sumber industri menyebutkan bahwa sebagian besar dari lebih dari 760 pesanan yang belum memiliki nama pembeli kemungkinan besar berasal dari China.
Baru-baru ini, Boeing mendekati Indonesia dan menawarkan pemenuhan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 85% apabila Indonesia berminat membeli jet tempur F-15EX.
Chief Executive Officer (CEO) Boeing untuk kawasan Asia Tenggara Penny Burtt melihat pentingnya memperkuat rantai pasok lokal demi menciptakan ketahanan industri.
"Jika Indonesia memilih F-15EX, Boeing akan memenuhi 85% kebutuhan melalui produksi dan dukungan lokal. Kami memiliki tim yang kuat dan berdedikasi yang telah beberapa kali datang ke Indonesia dalam setahun terakhir untuk menjajaki peluang kemitraan dan investasi," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (16/4/2025).
Selain itu, Boeing juga mendorong keterlibatan perusahaan dalam negeri untuk menjadi bagian dari ekosistem F-15EX di Indonesia. Boeing juga melihat potensi yang signifikan untuk kolaborasi dalam rantai pasokan, MRO, hingga pelatihan. Sektor ini dapat mendorong transfer keterampilan, penciptaan lapangan kerja, dan mendukung ekosistem kedirgantaraan lokal yang kompetitif.
Adapun pada Agustus 2023 lalu, Presiden Indonesia Prabowo Subianto yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI melakukan penandatanganan kerja sama dengan Boeing terkait pembelian pesawat tempur tersebut.