Bisnis.com, JAKARTA — Hengkangnya Tupperware dari Indonesia dengan menutup operasional bisnisnya disebut imbas dari penurunan daya beli masyarakat.
Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Adhi Lukman mengatakan bahwa saat ini industri alat rumah tangga dihadapi tantangan yang berat karena daya beli yang melemah.
“Menurut saya memang situasi tidak baik-baik saja, apalagi daya beli juga berat kan sekarang. Jadi kalau industri rumah tangga nggak bertahan, ya pasti [tutup],” kata Adhi saat ditemui Bisnis seusai acara Halal Bihalal Apindo di MidPlaza, Jakarta, Senin (14/4/2025).
Namun, Adhi mengaku dirinya belum mendengar ada perusahaan di sektor alat rumah tangga yang akan gulung tikar, selain Tupperware.
“Saya belum dengar lagi. Tapi Tupperware itu global, bukan hanya di Indonesia. Saya belum dengar ada yang mau tutup lagi selain Tupperware,” ungkapnya.
Kendati demikian, Adhi menyebut tahun ini merupakan tahun yang sangat berat untuk industri, termasuk alat rumah tangga.
Baca Juga
Di sisi lain, Adhi mengatakan bahwa tarif Trump bisa semakin melemahkan industri. Namun, tak dapat dipungkiri, melemahnya daya beli merupakan faktor utama. “Tarif Trump ini penyebab juga tapi sebelumnya memang daya beli lemah,” terangnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Mohammad Faisal memandang penghentian operasional bisnis Tupperware Indonesia umumnya merupakan kombinasi dari kondisi ekonomi secara makro, daya beli masyarakat, serta persaingan bisnis.
Sejumlah alasan tersebut mempengaruhi daya saing dari suatu produk dan merek. Ini artinya, suatu produk harus bisa menjawab tantangan perubahan kondisi ekonomi dan masyarakat.
“Jadi di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti dan demand yang cenderung mengalami penurunan, secara global termasuk juga di Indonesia terutama di kalangan menengah, masyarakat tentunya akan semakin selektif dalam membeli barang,” kata Faisal kepada Bisnis, Minggu (13/4/2025).
Faisa menyebut dalam situasi ekonomi yang penuh tantangan, produk alat rumah tangga seperti Tupperware harus memperhatikan harga jual untuk bisa bertahan dengan pesaing.
“Sementara Tupperware kita tahu selama ini secara price memang lebih tinggi dibandingkan dengan produk-produk serupa, walaupun itu memang berkorelasi dengan kualitasnya,” terangnya.
Apalagi, di saat daya beli masyarakat yang semakin terbatas, mereka tetap akan semakin mengutamakan dari sisi harga yang lebih murah namun tetap berkualitas dan masih bisa diterima.
“Artinya suatu produk dengan brand tertentu juga harus menyesuaikan dan beradaptasi dengan kondisi ini. Kalau price-nya tetap, sementara banyak produk-produk pesaing dengan harga yang lebih murah, ini sangat kemungkinan akan kalah bersaing dalam kondisi ekonomi seperti ini,“ tuturnya.
Melansir dari akun Instagram resmi Tupperware Indonesia @tupperwareid, Minggu (13/4/2025), Tupperware Brands Corporation memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya di sebagian besar negara, termasuk di Indonesia.
“Dengan berat hati, kami mengumumkan bahwa Tupperware Indonesia secara resmi telah menghentikan operasional bisnisnya sejak 31 Januari 2025. Keputusan ini adalah bagian dari langkah global perusahaan,” demikian yang dikutip dari Instagram Tupperware Indonesia.
Perusahaan menyebut sepanjang 33 tahun beroperasi di Indonesia bukanlah waktu yang singkat. Dalam kurun waktu itu, Tupperware telah menjadi bagian dari dapur, meja makan, dan momen berharga keluarga Indonesia.
“… Kami bangga telah menemani perjalanan Anda dengan produk yang dirancang untuk menginspirasi gaya hidup sehat, praktis, dan modern,” tulisnya.
Lebih lanjut, Tupperware Indonesia juga menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan dan dukungan yang telah diberikan direktur eksekutif, tim penjualan, hingga konsumen selama ini kepada perusahaan.
“Kenangan selama 33 tahun ini akan selalu menjadi bagian dari cerita indah kami,” tandasnya.