Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump memicu kekacauan di pasar global. Bank sentral negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok G7 pun bersiap merilis kebijakan moneter pertama mereka sebagai respons, meskipun kemungkinan akan menghasilkan pendekatan yang berbeda-beda.
Mengutip Bloomberg, Bank Sentral Kanada diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada Rabu (waktu setempat) guna mengantisipasi potensi inflasi akibat perang tarif yang tengah berlangsung dengan AS.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) dijadwalkan mengumumkan keputusannya pada keesokan harinya, dengan ekspektasi penurunan suku bunga.
Keputusan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed) baru akan diumumkan pada 7 Mei mendatang. Untuk saat ini, perhatian pasar tertuju pada langkah ECB dan Bank of Canada (BoC) dalam menenangkan investor sambil menilai dampak ekonomi dari kebijakan proteksionis Trump.
Presiden ECB, Christine Lagarde, menyatakan pada Jumat lalu (11/4/2025) bahwa pihaknya terus memantau situasi dan siap mengambil langkah jika diperlukan, mengingat stabilitas harga dan keuangan saling berkaitan.
Ini menjadi kali kedua dalam lebih dari dua tahun terakhir ECB dihadapkan pada dilema suku bunga akibat ketidakpastian dari AS sebelum The Fed mengambil tindakan. Saat krisis Silicon Valley Bank pada 2023 yang mengguncang pasar global, ECB tetap menaikkan suku bunga sebesar 0,5 poin seperti yang telah dijanjikan.
Baca Juga
Namun kali ini, arah kebijakan ECB tampak lebih jelas. Tarif impor dari AS diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Eropa. Karena Uni Eropa belum mengambil langkah balasan yang dapat memicu inflasi, ECB diprediksi akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 poin.
Di sisi lain, Kanada menghadapi pertimbangan yang lebih kompleks. Meski tarif Trump mulai menekan investasi bisnis dan belanja konsumen, ekspektasi inflasi justru meningkat. Data indeks harga konsumen yang akan dirilis Selasa diperkirakan menjadi penentu utama keputusan suku bunga BoC.
“Keputusan suku bunga ECB pada 17 April tampaknya menjadi lebih mudah. Selain dampak langsung dari tarif AS terhadap ekonomi kawasan euro, Dewan Pemerintahan juga harus mempertimbangkan pengaruh penguatan mata uang euro,” jelas ekonom Bloomberg, yakni David Powell dan Simona della Chiaie.
Menanti Sikap The Fed
Di tengah naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS, melemahnya dolar, dan turunnya harga saham akibat kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump, investor menanti sinyal dari para pejabat Federal Reserve (The Fed) terkait kemungkinan penurunan suku bunga.
Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan menyampaikan pandangan mengenai kondisi ekonomi pada Rabu (16/4) waktu setempat dalam acara Economic Club of Chicago. Para Presiden The Fed wilayah juga nantinya akan memberikan pernyataan mereka.
Di sisi data makroekonomi, laporan penjualan ritel Maret 2025 diperkirakan menunjukan lonjakan. Konsumen disebut-sebut mempercepat pembelian mobil dan suku cadang menjelang diberlakukannya tarif impor baru. Survei Bloomberg memperkirakan penjualan naik 1,4% secara bulanan, yakni tertinggi sejak awal 2023.
Data industri mencatat penjualan mobil mencapai tingkat tahunan 17,77 juta unit, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Kenaikan ini terjadi menjelang penerapan tarif impor mobil dan suku cadang hingga 25% yang mulai berlaku pada 3 April.
Jika tidak memasukkan mobil, bensin, bahan bangunan, dan layanan makanan, penjualan ritel juga diperkirakan tetap tumbuh, meskipun belanja konsumen di kuartal ini cenderung lesu.
Selain itu, data produksi industri diprediksi turun 0,2%, terutama karena suhu udara yang lebih hangat mengurangi konsumsi listrik, serta melambatnya aktivitas manufaktur.
Data sektor perumahan diperkirakan menunjukkan penurunan jumlah rumah baru yang dibangun. Para pengembang tampaknya memilih fokus pada pengurangan stok rumah yang ada.
Di sisi lain, pemerintahan Trump memutuskan untuk membebaskan tarif bagi sejumlah barang elektronik populer seperti smartphone, laptop, hard drive hingga prosesor komputer. Barang-barang ini umumnya tidak diproduksi di AS, sehingga kabar ini disambut baik oleh konsumen yang sempat khawatir harga iPhone dan perangkat lain bakal melonjak.