Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menilai pengenaan tarif impor timbal balik (reciprocal tariff) sebesar 32% dari Amerika Serikat (AS) kepada RI merupakan dinamika biasa.
Oleh karena itu, dia berpendapat kebijakan yang memicu perang dagang itu bukan sesuatu yang amat besar.
"Jadi betul bahwa ada terjadi perang dagang, tapi ini jangan juga dianggap sesuatu seolah-olah wah banget, biasa saja dinamika," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (9/4/2025).
Kendati, Bahlil mengatakan pihaknya akan tetap melakukan antisipasi. Hal itu salah satunya dengan mengoptimalisasi lifting minyak dan gas bumi (migas).
Menurutnya, saat ini pemerintah tengah fokus memperkuat ekonomi domestik. Oleh karena itu, swasembada energi dan hilirisasi pun jadi keniscayaan.
"Maka konsekuensinya adalah kita harus mampu memetakan mana yang menjadi keunggulan-keunggulan komparatif. Nah keunggulan komparatif kita itu adalah bahan baku, maka hilirisasi salah satu solusi," jelas Bahlil.
Baca Juga
Untuk diketahui, kebijakan kontroversial yang diumumkan Donald Trump di Rose Garden, Gedung Putih pada Rabu sore (2/4/2025) waktu setempat memperdalam perang dagang yang ia mulai saat dirinya kembali menjabat sebagai Presiden AS.
Bea masuk ini akan menimbulkan hambatan baru di negara dengan ekonomi konsumen terbesar di dunia ini, membalikkan liberalisasi perdagangan selama puluhan tahun yang telah membentuk tatanan global, dan menciptakan perang dagang baru.
Negara-negara yang menjadi mitra dagang AS diperkirakan akan merespons dengan "tindakan balasan" masing-masing yang dapat menyebabkan harga-harga melonjak untuk semua produk.