Penjualan sepi
Jika dibandingkan dengan Ramadan tahun lalu, Nurlaela menyebut penjualan kelapa selama 18 hari di bulan Ramadan tahun ini mengalami penurunan. Ditambah, lanjut dia, keuntungan yang diperoleh juga tipis lantaran adanya pengeluaran dan modal yang naik.
“Bulan puasa sudah dua minggu lewat biasanya kan kencang [penjualan], paling sedikit dua keranjang 100 butir habis. Sekarang memble, sekeranjang aja nggak habis,” ujarnya.
Sementara itu, Pengamat Pertanian dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Eliza Mardian menyebut harga ekspor komoditas kelapa bulat lebih menarik dibandingkan di Indonesia.
“Harga ekspor kelapa bulat lebih menarik dibandingkan di dalam negeri. Pada 2024, jumlah ekspor kelapa bulat hampir dua kali lipat di 2023,” kata Eliza kepada Bisnis, dikutip pada Rabu (19/3/2025).
Alhasil, Indonesia menjadi eksportir kelapa bulat terbesar ketiga. Adapun, Eliza menyebut tiga besar negara tujuan ekspor komoditas ini antara lain Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
“Ini sebuah ironi, di saat ingin hilirisasi kelapa di dalam negeri, industri eksisting saja kesusahan cari bahan baku kelapanya,” ujarnya.
Baca Juga
Menurutnya, pemerintah melakukan disinsentif bagi eksportir kelapa bulat dengan meningkatkan bea keluar agar mendorong untuk menjual ke industri dalam negeri.
Langkah ini, kata dia, dilakukan untuk menjaga kelangsungan bahan baku kelapa, serta juga bisa menambah pendapatan negara dari bea keluar yang diterapkan.
“Karena jika tidak segera diterapkan kebijakan yang seperti itu, maka sampai kapanpun hilirisasi di dalam negeri akan menjadi angan-angan mereka akan kesulitan bahan baku di dalam negeri,” terangnya.
Padahal, Eliza mengungkap idle capacity di industri kelapa masih besar. Bahkan juga ada yang hanya 33% dari kapasitas total produksi maksimum.
Selain ekspor, dia mengungkap kesulitan bahan baku kelapa juga disebabkan banyak faktor. Salah satunya, dari sisi produksi yang dipengaruhi cuaca atau El Nino yang bisa menurunkan produksi.
Di sisi lain, Eliza menuturkan bahwa sebagian besar petani kelapa memiliki skala yang kecil, sehingga dari sisi teknik budidaya masih konvensional.
Di samping itu, manajemen perkebunan yang orientasinya bukan seperti produksi massal, kurangnya pemupukan, dan kurangnya penerapan teknologi karena adanya keterbatasan modal petani.