Bisnis.com, JAKARTA - PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) mencatat kebutuhan biaya belanja modal atau capital expenditure (capex) terkonsolidasi tahun ini mencapai Rp19,9 triliun. Dana tersebut digunakan untuk menjalankan program prioritas tahun ini, khususnya hilirisasi sektor pertambangan.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo mengatakan, terdapat sejumlah proyek hilirisasi untuk komoditas strategis yang dikelola grupnya, seperti pengolahan bauksit menjadi alumina, smelter nikel, tembaga hingga timah.
"Untuk total kebutuhan capex tahun 2025, untuk seluruh grup konsolidasi kira-kira membutuhkan capex sekitar Rp19,9 triliun," kata Dilo dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (13/3/2025).
Secara terperinci, dia menerangkan, proyek pertama yakni Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang merupakan pengolahan bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat. Adapun, smelter dan refinery berkapasitas 1 juta ton tersebut dikelola oleh anak usaha PT Antam Tbk. dan Inalum, PT Borneo Alumina Indonesia.
Dalam hal ini, pihaknya akan melakukan ekspansi kapasitas pada proyek SGAR fase kedua hingga mencapai 2 juta ton. Saat ini, MIND ID masih dalam tahap final investment decision (FID) untuk SGAR Mempawah Fase II. Sementara itu, untuk commercial operation date (COD) SGAR Mempawah Fase I akan dilakukan pada kuartal I/2025.
"Untuk pengelolaan nikel oleh Antam dan Vale. Untuk Antam kami melakukan hilirisasi proyek integrasi dari nickel ore, kemudian pyrometallurgy untuk menjadi NPI [nickel pig iron] dan ferronickel, kemudian dari hydrometallurgy untuk menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP)," tuturnya.
Baca Juga
Adapun, proyek Antam tersebut berada di Halmahera Timur, Maluku Utara berupa pembangunan smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) FHT dan high pressure acid leaching (HPAL).
"Sementara di Vale melakukan kegiatan hilirisasi di tiga provinsi, baik Sorowangko, Pomalaa, maupun Bahodopi," imbuhnya.
Lebih lanjut, untuk komoditas tembaga, pihaknya tengah mendorong penyelesaian perbaikan smelter PT Freeport Indonesia yang dalam kondisi kahar imbas insiden kebakaran pada Oktober 2024 lalu. Pihaknya menargetkan kondisi smelter dapat pulih pada Juni 2025 dan akan ramp up hingga operasi penuh pada akhir 2025.
"Untuk bisa mendukung kegiatan operasi di PT Freeport juga sedang mengembangkan pembangkit listrk tenaga gas yang ada di Papua dan ini sedang pelaksanaan pekerjaan hari ini dan diharapkan akhir tahun ini bisa diselesaikan," tuturnya.
Tak hanya itu, proyek lainnya yang menjadi prioritas tahun ini yakni pengembangan angkutan batu bara TE-Keramasan oleh PT Bukit Asam yang akan ditingkatkan kapasitasnya melalu pembaruan train loading system, baik angkutan batu bara, dan lainnya.
"Ini kita harapkan menambah kapasitas menjadi 20 juta ton," ujarnya.
Sementara itu, Inalum juga akan melakukan ekspansi produksi aluminium dari kapasitas 275.000 ton menjadi 300.000 ton. Fase selanjutnya, Inalum akan menambah kapasitas hingga 600.000 ton per tahun.
"Untuk bisa melaksanakan kegiatan pengembangan hilirisasi di setiap komoditasnya kami memang ada tantangan yang kita hadapi terkait ketersediaan energi, apalagi saat ini membutuhkan energi yang diharapkan punya transisi ke EBT [energi baru terbarukan] dan ini sangat sulit kita dapatkan, kemudian infrastruktur lainnya," pungkasnya.