Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Zulhas Beri Peringatan Keras! Pupuk Subsidi bukan Barang Dagangan

Menko Pangan memperingatkan kepada Pokja agar tidak menjual Pupuk Subsidi karena barang tersebut bukan dagangan
Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) dan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono di Jakarta. —Bisnis/Rika Anggraeni
Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) dan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono di Jakarta. —Bisnis/Rika Anggraeni

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) menegaskan bahwa pupuk subsidi bukanlah barang dagangan. Pemerintah akan terus mengevaluasi 9,55 juta ton pupuk secara berkala melalui kelompok kerja (pokja) pupuk bersubsidi

Pokja pupuk bersubsidi telah diputuskan melalui Menteri Koordinator Bidang Pangan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan pupuk bersubsidi.

“Jadi yang 9,55 juta ton (pupuk) itu bukan barang dagangan, itu kan pupuk bersubsidi, oleh karena itu harus diawasi. Selama ini sudah berjalan dengan bagus,” kata Zulhas di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Selasa (11/3/2025).

Zulhas menjelaskan kehadiran pokja pupuk bersubsidi ini memiliki peranan yang penting dalam mengawasi hingga mengevaluasi terhadap 9,55 juta agar tetap sasaran dan tepat waktu, sehingga tidak terjadi penyimpangan.

Dia juga menekankan bahwa pupuk bersubsidi ini akan terus dievaluasi ke depan. “Karena kan ada musim tanam itu bisa dua kali. Minimal kita target dua kali. Apalagi ditambah lagi irigasi yang diperbaiki,” ungkapnya.

Terlebih, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menyebut produksi beras Indonesia mampu mencapai 13,9 juga ton pada Januari—April 2025, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

Adapun, kata Zulhas, rata-rata beras yang dikonsumsi setiap bulan adalah 2,6 juta ton setara beras. Artinya, konsumsi beras masyarakat mencapai 10,4 juta ton setara beras selama empat bulan.

“Kalau produksinya 13,9 juta ton [setara beras], yang kita konsumsi 10,4 juta ton [beras], maka kita sampai April sudah lebih setara beras 3,5 juta ton. Jadi itu kabar gembira,” tuturnya.

Ini artinya, Zulhas menjelaskan bahwa Perum Bulog tidak perlu menyerap 3,5 juta ton setara beras, melainkan hanya 2 juta ton setara beras. Alhasil, dia memastikan pemerintah tidak perlu lagi mengimpor beras hingga 2026 mendatang.

Menurutnya, produktivita beras yang meningkat ini seiring dengan penyaluran pupuk bersubsidi yang juga tepat waktu. “Pupuk sampai sebelum waktu tanam, pupuk sudah sampai,” ungkapnya.

Di sisi lain, Zulhas menambahkan jika terbukti adanya penyimpangan dalam penyaluran pupuk bersubsidi, maka akan dilakukan tindakan hukum.

“Kalau ada yang tidak beres, ya, serahkan ke hukum. Kalau ada pejabat yang tidak beres, ya, ditindak [melalui rekomendasi dari pokja],” tandasnya.

Perpres ...

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper