Bisnis.com, JAKARTA — China mencatat deflasi pertama dalam 13 bulan terakhir akibat faktor musiman dan indikasi berlanjutnya pelemahan perekonomian di Negeri Tirai Bambu itu.
Dilansir dari Bloomberg, Minggu (9/3/2025), Biro Statistik Nasional China mencatat indeks harga konsumen mengalami deflasi 0,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada Februari 2025. Pada bulan sebelumnya, masih terjadi inflasi 0,5%.
Sementara itu, tren deflasi pabrik berlanjut hingga bulan ke-29. Biro Statistik mencatat indeks harga produsen mengalami deflasi 2,2%, sedikit membaik dibandingkan deflasi 2,3% pada bulan Januari.
Salah satu faktor kunci deflasi tersebut adalah efek basis inflasi yang tinggi pada tahun sebelumnya sebesar 0,7%, disebabkan oleh kenaikan harga akibat perayaan Tahun Baru Imlek yang pada tahun ini dimulai lebih awal dari biasanya. Perayaan tersebut pada tahun lalu dirayakan pada Februari 2024, namun tahun ini dimulai pada 28 Januari.
Sementara itu, para investor akan menanti rilis angka inflasi/deflasi pada bulan Maret usai pemerintah China mengucurkan stimulus secara besar-besaran untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Apalagi, China tengah mengalami tren penurunan harga terpanjang sejak tahun 1960-an akibat lemahnya daya beli.
Pemerintah telah menetapkan target inflasi pada level terendah dalam lebih dari 20 tahun terakhir di sekitar 2% pada 2025. Angka tersebut turun dari target tahun lalu, yaitu sebesar 3%.
Baca Juga
Ekonom Bloomberg Eric Zhu mengaku tidak heran pemerintah China menargetkan inflasi yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, dia meyakini tren penurunan harga akan terus berlanjut.
“Target indeks harga konsumen pemerintah sebesar 2% untuk 2025 menandakan peningkatan prioritas pada peningkatan permintaan untuk melawan risiko deflasi," ujar Eric.
Sementara itu, pada sidang parlemen tahunan pada Rabu (5/3/2025), China mengumumkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% pada 2025 meskipun ada ancaman eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat. Beijing juga tengah menyusun rencana untuk meningkatkan stimulus fiskal dan konsumsi domestik.
Bloomberg memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China akan berada di sekitar 5% pada tahun ini seperti target pemerintah