Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Miris! 2 Pabrik Sepatu di Tangerang PHK Massal 3.500 Buruh

KSPN mengungkap 2 pabrik alas kaki atau pabrik sepatu milik asing tengah memproses pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan buruhnya di Tangerang.
Kegiatan di salah satu pabrik sepatu di Tangerang, Banten./Antara/Akbar Nugroho Gumay
Kegiatan di salah satu pabrik sepatu di Tangerang, Banten./Antara/Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA — Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) mengungkap 2 pabrik alas kaki milik asing tengah memproses pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan buruhnya. Kedua pabrik tersebut berlokasi di Tangerang. 

Presiden KSPN Ristadi mengatakan 2 perusahaan tersebut yaitu PT Adis Dimension Footwear yang merupakan produsen sepatu olahraga termasuk Nike, dan PT Victory Chingluh yang memproduksi Adidas, Reebok, Nike, hingga Mizuno. 

“Ada 2 perusahaan di Tangerang, pertama PT Adis Dimension Footwear itu mengerjakan kalau gak salah sepatu Nike kelihatannya itu mem PHK 1.500 karyawan kemudian PT Victory Chingluh Indonesia sekitar 2.000 masih dalam proses, jadi kurang lebih 3.500 karyawan,” kata Ristadi kepada Bisnis, Kamis (6/3/2025). 

Dia menerangkan, keduanya masih memproses PHK bulan ini. Adapun, alasan utamanya dipicu penurunan permintaan ekspor. Berdasarkan catatan Bisnis, beberapa tahun lalu PT Victory Chingluh juga telah melakukan PHK ribuan buruhnya.

Kala itu, PT Victory Chingluh Indonesia masih didera krisis akibat imbas pandemi dan kelesuan ekspor. Hal tersebut berimbas pada 1.000-5.000 karyawan yang ter PHK secara bertahap.

Padahal, semula, PT Victory Chingluh Indonesia mengaku memiliki lebih dari 10.000 karyawan dan didirikan oleh Shu Ching Luh pada 1969 lalu. 

Tidak hanya alas kaki, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) juga kembali didera kabar penutupan pabrik.

Asosiasi Produsen Benang dan Serat Indonesia (APsyFI) kembali mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan penyelamatan industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Terlebih, awal tahun ini tak hanya Sritex yang menutup operasional pabriknya.

Ketua APSyFI Redma G. Wirawasta mengatakan, setidaknya terdapat dua pabrik TPT lainnya yang disebut dalam tekanan dan terancam tutup. Kendati demikian, pihaknya belum dapat membeberkan informasi kedua perusahaan tersebut.

“Di bulan Februari ini kan ada dua perusahaan lagi yang tutup selain Sritex, dan ini akan terus terjadi kalau pemerintah tidak ambil tindakan," kata Redma kepada Bisnis, Rabu (5/3/2025).

Padahal, menurut Redma, masalah utama yang tengah dihadapi industri TPT saat ini banjir produk impor murah di pasar domestik. Selama ini, APSyFI juga telah berulangkali mengusulkan untuk terus memberantas impor ilegal dan mengendalikan impor ilegal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper