Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto akan meresmikan bullion service atau bank emas pada Rabu (26/2/2025) ini. Indonesia diklaim menjadi produsen emas terbesar, namun masih melakukan impor.
Prabowo menyebut Indonesia selama ini belum memiliki lembaga keuangan khusus untuk mengelola emas yang dimiliki negara.
"Selama ini kita tidak punya bank untuk emas kita. Emas kita banyak ditambang dan mengalir ke luar negeri. Kami ingin sekarang memiliki bank khusus untuk emas di Indonesia," ujarnya di Istana Merdeka, Senin (17/2/2025).
Prabowo menyatakan bahwa bank emas ini akan memberikan solusi untuk pengelolaan cadangan emas dalam negeri, sehingga Indonesia dapat mengoptimalkan potensi sumber daya alamnya.
Dengan adanya bank emas, kata Prabowo diharapkan Indonesia dapat meningkatkan ketahanan ekonomi melalui pengelolaan emas yang lebih terorganisir.
Berdasarkan riset PT Hartadinata Abadi Tbk yang mengutip Kemenko Ekonomi, Indonesia menduduki peringkat ke-7 produsen emas terbesar dunia pada 2023. Tercatat, RI mampu memproduksi logam mulia itu sebanyak 132,5 ton.
Baca Juga
Namun, Indonesia masih melakukan impor emas. Nilainya bahkan mencapai US$5 miliar atau setara Rp32,64 triliun (asumsi kurs Rp16.322 per dolar AS) per tahun. Di sisi lain, RI mengekspor emas senilai Rp81,61 triliun per tahun.
Adapun impor emas yang dilakukan tak lepas dari Indonesia yang masih berada di bawah rantai emas global.
"Indonesia berada di ujung rantai emas meskipun memiliki cadangan emas dan produksi emas yang tinggi," demikian bunyi riset PT Hartadinata Abadi Tbk itu.
Data tersebut juga membeberkan bahwa Indonesia memiliki 120 lokasi penambangan emas skala kecil dengan total lebih dari 1 juta penambang. Sementara untuk industri perhiasan Indonesia memiliki 83 perusahaan besar dan 36.000 perusahaan skala kecil.
"Kurangnya pembiayaan bagi pelaku industri emas menyebabkan ketergantungan pada bank hub/bursa emas di luar negeri," bunyi riset tersebut.