Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank of Korea Pangkas Suku Bunga Acuan, Tekanan Ekonomi dan Tarif Trump jadi Tantangan

Bank of Korea (BoK) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
Logo Bank of Korea di Seoul, Korea Selatan, 30 November 2017./Reuters-Kim Hong-Ji
Logo Bank of Korea di Seoul, Korea Selatan, 30 November 2017./Reuters-Kim Hong-Ji

Bisnis.com, JAKARTA - Bank of Korea (BoK) memangkas suku bunga acuannya sebesar 0,25%. Pemangkasan ini diperkirakan untuk mendukung perekonomian yang terguncang oleh gejolak politik dan terancam oleh dampak perdagangan dari rencana tarif Donald Trump.

Melansir Bloomberg pada Selasa (25/2/2025), bank sentral Korea Selatan itu menurunkan tingkat suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 2,75% dan selanjutnya mengurangi perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini. Penurunan suku bunga ini telah diperkirakan oleh 22 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.

Adapun, BOK kini memperkirakan perekonomian akan tumbuh sebesar 1,5% pada 2025, sedikit lebih rendah dari perkiraan yang diberikan pada Januari.

Won Korea Selatan mempertahankan penurunannya setelah keputusan tersebut, melemah 0,1% ke level 1.431,00 terhadap dolar sekitar pukul 10.20 waktu Seoul. Sementara itu, obligasi pemerintah Korea bertenor tiga tahun turun tipis 3,4 basis poin menjadi 2,578.

Keputusan ini menandai penurunan suku bunga ketiga dalam siklus pelonggaran saat ini setelah BOK mulai melonggarkan kebijakan pada Oktober 2024.

Pemangkasan suku bunga dilakukan BOK untuk memacu konsumsi yang tertekan akibat kekacauan politik yang melanda Korea Selatan setelah Presiden Yoon Suk Yeol memberlakukan darurat militer pada Desember 2024.

Langkah tersebut pada akhirnya berujung pada pemakzulan Yoon dan menjadikannya presiden pertama Korea Selatan yang ditangkap saat masih menjabat. Ketidakpastian kebijakan semakin meningkat di tengah kekhawatiran terhadap rencana tarif Trump yang mengguncang pasar. Indeks kepercayaan konsumen menunjukkan bahwa jumlah orang yang pesimis terus melebihi jumlah yang optimis selama tiga bulan berturut-turut hingga Februari.

“Konsumsi berada dalam masa sulit dengan ketidakpastian yang masih tinggi. Sepertinya sektor swasta tidak dapat pulih dengan sendirinya, dan belanja fiskal kini diperlukan untuk membantu menjaga perekonomian agar tidak kehilangan momentum lagi," kata ekonom KB Securities, Gweon Heejin.

Pelonggaran yang dilakukan BOK dapat membantu Menteri Keuangan Choi Sang-mok, yang saat ini menjabat sebagai penjabat presiden Korea Selatan, dalam upayanya meningkatkan perekonomian melalui belanja fiskal yang lebih besar.

Partai Demokrat, oposisi utama Korea Selatan, telah mengusulkan penyusunan rencana anggaran tambahan senilai 35 triliun won atau US$24 miliar untuk mendukung perekonomian.

Gubernur BOK, Rhee Chang-yong, mengatakan awal bulan ini bahwa anggaran tambahan sebesar 15 triliun hingga 20 triliun won akan menjadi jumlah yang tepat untuk mengimbangi dampak ekonomi akibat deklarasi darurat militer.

Para pejabat juga bersiap menghadapi potensi dampak dari langkah-langkah proteksionisme AS. Pekan lalu, Trump mengumumkan rencana tarif sekitar 25% terhadap produk semikonduktor, otomotif, dan farmasi.

Sebelumnya, Trump telah memerintahkan tarif 25% pada impor baja dan aluminium, mengenakan bea masuk 10% pada seluruh impor dari China, dan menggembar-gemborkan kebijakan tarif timbal balik terhadap banyak mitra dagang.

Perdagangan berperan vital bagi Korea Selatan. Perekonomian negara tersebut sangat bergantung pada sektor ekspor, dengan berbagai produsen yang terlibat dalam rantai pasokan global.

Korea Selatan mencatat kontraksi dalam ekspor teknologi pada Januari lalu—penurunan pertama dalam lebih dari satu tahun—setelah permintaan dari China melemah selama liburan Tahun Baru Imlek. Namun, total ekspor yang disesuaikan dengan jumlah hari kerja masih mencatat peningkatan pada bulan tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper