Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan teh boba terbesar di China, Mixue Group, berencana segera memulai penawaran umum perdana (IPO) di Hong Kong pada akhir Februari.
Dilansir Reuters, perusahaan tersebut mengharapkan bisa mengumpulkan dana sekitar US$500 juta atau sekitar Rp8,18 triliun, menurut tiga sumber yang mengetahui langsung masalah tersebut.
Salah satu sumber Reuters menambahkan bahwa Mixue berencana untuk mulai berdagang di Bursa Efek Hong Kong pada awal Maret. Namun, sumber tersebut meminta untuk tidak disebutkan identitasnya.
Perusahaan ini memiliki total 45.302 toko yang tersebar di seluruh dunia, dengan 40.000 toko di seluruh China, dan 4.800 lainnya tersebar di 11 negara.
Adapun, gerai Mixue di Indonesia mencapai 2.667 gerai dan di Vietnam 1.304 gerai. Kedua negara Asia Tenggara ini menjadi kontributor terbesar.
Sebelumnya, Mixue telah berencana untuk mengumpulkan hingga US$1 miliar dalam IPO-nya di Hong Kong. Namun, ukuran penjualan saham telah dikurangi karena perusahaan tidak terlalu membutuhkan uang tunai.
Baca Juga
Menurut laporan keuangannya, laba bersih Mixue sampai dengan September 2024 adalah 3,5 miliar yuan atau US$478,96 juta, naik 42,3% dari tahun ke tahun.
Perusahaan berencana untuk menggunakan uang yang terkumpul dalam IPO-nya untuk memperluas fasilitas produksi dan membantu meningkatkan jenis minumannya, pengajuan tersebut menunjukkan.
Kesepakatan itu terjadi setelah operator teh boba saingannya Guming mengumpulkan US$232 juta dalam IPO-nya di Hong Kong yang harganya berada di kisaran harga tertinggi. Ukuran IPO ditingkatkan setelah permintaan yang kuat dari investor.
Saham Guming sudah mulai diperdagangkan di Hong Kong pada hari Rabu dan sahamnya naik 12% pada Selasa (11/2/2025) dalam perdagangan yang dioperasikan oleh pialang Phillip Securities.
IPO Guming dan Mixue menandakan bahwa aturan pembekuan persetujuan aplikasi pencatatan perusahaan teh boba oleh regulator China tahun lalu kini telah mereda.
Regulator khawatir tentang pencatatan perusahaan teh boba tea di Hong Kong setelah saham Sichuan Baicha Baidao turun 27% pada hari pertama perdagangannya pada April tahun lalu menyusul penjualan saham senilai US$330 juta. Sahamnya sekarang turun sekitar 45%.