Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eramet Mau Eksplorasi Tambang Baru di Sulawesi & Papua

Perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet Group ingin memperkuat jejaknya di Indonesia.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menggelar pertemuan dengan CEO Eramet Group Christel Bories/Instagram Rosan Roeslani
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menggelar pertemuan dengan CEO Eramet Group Christel Bories/Instagram Rosan Roeslani

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkapkan perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet Group ingin memperkuat jejaknya di Indonesia. 

Rosan mengatakan bahwa keinginan tersebut disampaikan saat pertemuan dengan CEO Eramet Group Christel Bories di Jakarta pada Senin (3/2/2025). Pihak Eramet ingin berinvestasi untuk melakukan eksplorasi dan mengembangkan produksi tambang di Tanah Air.

“Mereka ingin mengembangkan, tidak hanya sebagai kontraktor tapi juga bisa sebagai ikut mengembangkan untuk bisa mempunyai production ya di kita,” ujar Rosan kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (4/2/2025).

Dia pun melanjutkan bahwa Eramet yang merupakan kontraktor tambang nikel di Weda Bay, Maluku Utara selama ini menjalankan best mining practice yang sesuai dengan standar yang sangat baik.

Oleh sebab itu, kata Rosan, salah satu tujuan dari perusahaan tersebut adalah bekerja sama dengan badan usaha milik negara (BUMN)

“Jadi mereka bersama juga dengan BUMN, itu juga nanti kita koordinasikan karena sebagai menteri investasi kan kita memfasilitasi dari keinginan Eramet untuk terus mengembangkan footprint-nya yang ada di Indonesia,” pungkas Rosan.

Melalui akun Instagramnya, Rosan mendetailkan bahwa Eramet memaparkan rencana investasinya, termasuk eksplorasi wilayah baru di Sulawesi Selatan dan Papua, serta pengembangan proyek Responsible Green Electric Vehicle (RGEV) yang melibatkan berbagai mitra strategis.

Diberitakan sebelumnya, Eramet mengumumkan bahwa perusahaan telah memutuskan untuk tidak berinvestasi di proyek pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara.

Proyek smelter nikel-kobalt senilai US$2,6 miliar atau setara dengan Rp42,72 triliun (asumsi kurs Rp16.431 per US$) tersebut semula akan digarap bersama pabrikan kimia asal Jerman, BASF SE.

Eramet menyatakan, setelah melakukan penilaian mendalam, termasuk strategi pelaksanaan proyek, kedua mitra memutuskan untuk tidak melakukan investasi tersebut.

Eramet menekankan bahwa akan terus mengevaluasi potensi investasi dalam rantai nilai baterai nikel untuk kendaraan listrik di Indonesia dan akan terus memberikan informasi kepada pasar pada waktunya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper