Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Lega HGBT Dilanjut 5 Tahun Meski Harga Naik

Kementerian Perindustrian lega mendapat kepastian perpanjangan harga gas bumi tertentu (HGBT) selama 5 tahun ke depan.
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meyakini keberlanjutan program harga gas bumi tertentu (HGBT) dapat menjamin keberlangsungan industri. Terlebih, periode kebijakan tersebut akan berlangsung selama 5 tahun ke depan. 

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, pihaknya menyambut baik hasil rapat dengan Presiden RI Prabowo Subianto terkait kelanjutan HGBT untuk tujuh sektor, meskipun dirinya mengaku belum mengetahui pasti harga yang akan dipatok untuk industri. 

"Itu yang saya nggak tau persis, antara US$6 per MMBtu atau US$6,5 per MMBtu, paling tidak 5 tahun," kata Taufiek saat ditemui di Kompleks DPR RI, Kamis (23/1/2025). 

Menurut dia, harga HGBT di kisaran US$6-US$6,5 per MMbtu masih terbilang cukup murah untuk membantu operasional industri. Taufiek juga meyakini investor dipastikan akan tertarik lantaran adanya jaminan ketersediaan pasokan gas dalam jangka waktu yang panjang. 

Terlebih, harga gas murah yang berkelanjutan dan supply yang mumpuni menjadi kunci keberlanjutan dan jaminan keamanan untuk industri seperti oleokimia, pupuk, baja, keramik, kaca dan lainnya. 

"Ini memberikan harapan baru terhadap investor karena dia sudah tahu 5 tahun ke depan harganya berapa dan kemudahan yang diperoleh," imbuhnya. 

Terkait isu kenaikan harga gas murah yang dipatok lebih tinggi dari US$6 per MMBtu, dia meyakini perubahan akan disesuaikan oleh otoritas terkait dengan mempertimbangkan harga atau nilai yang kompetitif agar industri tetap tumbuh berdaya saing. 

"Ya apresiasi, apresiasi karena satu ada kepastian dan saya yakin yang ngitung pasti kompetitif, kuncinya di kompetitif. Price antara US$6 per MMBtu sampai US$6,5 per MMBtu, itu kan ya cukup kompetitif," jelasnya. 

Adapun, dia menyebut porsi kuota gas yang disalurkan melalui program HGBT mencapai 27,3% untuk industri-industri penerima manfaat, termasuk untuk sektor ketenagalistrikan, dan tujuh sektor industri lainnya. 

"Artinya kalau yang existing bisa dihitung [kuotanya]. Tapi kan yang investor baru seperti yang membangun polisilika, untuk kaca, untuk sel surya, itu kan juga butuh gas. Pabrik kaca butuh gas, itu kan harus ada spare, jadi jangan sampai investor baru nyari nggak ada," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper