Bisnis.com, JAKARTA — Riset Center of Reform on Economics alias Core Indonesia menunjukkan proteksionisme Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan cenderung memberikan dampak positif ke perekonomian Indonesia.
Research Associate Core Indonesia Sahara menjelaskan riset tersebut menggunakan model global trade analysis policy (GTAP) yang memfokuskan kepada aspek keseimbangan umum antara negara.
Asumsinya, Trump meningkatkan tarif hingga 60% untuk semua impor dari China; dan juga meningkatkan tarif hingga 10% untuk impor dari negara-negara lainnya.
"Hasilnya, ini bagi Indonesia sebenarnya bagus juga sih. Ada kesempatan," ungkap Sahara dalam acara Outlook Ekonomi Sektoral 2025 di Jakarta Selatan, Selasa (21/1/2025).
Guru Besar Institut Pertanian Bogor ini menjelaskan bahwa riset menunjukkan akan terjadi peningkatan ekspor, impor, investasi, dan produk domestik bruto (PDB).
Dampak proteksionisme Trump diproyeksikan akan meningkat 0,04% ekspor; 0,14% impor; 0,04% investasi; dan 0,002% PDB untuk Indonesia.
Baca Juga
Sahara menjelaskan impor berpotensi meningkatkan lebih tinggi daripada ekspor karena barang-barang asal China akan didiskon karena peningkatan tarif di Amerika Serikat (AS). Oleh sebab itu, dia mewanti-wanti potensi ancaman defisit neraca perdagangan.
Lebih rinci lagi, Sahara mengungkapkan peningkatan tarif Trump otomatis akan menurunkan ekspor mayoritas barang dari Indonesia ke AS seperti produk kulit (-4,21%) dan pakaian (-3,04). Di samping itu, ekspor barang-barang dari Indonesia ke China malah akan meningkat.
"Untuk produk plant-based fibers [naik 3,83%], leather products [naik 2,79%], dan produk farmasi [naik 1,78%]," ungkapnya.
Selain itu, sambungnya, terdapat potensi peningkatan diversi ekspor ke negara-negara nontradisional. Hanya saja, Sahara menekankan pentingnya memaksimalkan perjanjian perdagangan bebas yang sudah ditandatangani Indonesia oleh sekitar 26 negara untuk memitigasi dampak negatif perang dagang AS-China Jilid II.
"Nah harapannya begitu sudah dilakukan perjanjian-perjanjian tersebut, itu harus diikuti dengan kenaikan volume perdagangan juga," jelasnya.