Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) melihat prospek investasi langsung dan portfolio di Indonesia masih terbuka dan positif usai Donald Trump resmi memulai kepemimpinan keduanya sebagai presiden AS.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria melihat setidaknya terdapat peluang dengan adanya kebijakan restriksi dari Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara.
"Sehingga Indonesia harusnya memiliki peluang untuk dapat meraih prospek spillover dari bisnis-bisnis yang di restriksi tersebut," ujarnya dalam Pre-Event Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, Selasa (21/1/2025).
Sebagaimana harapan pemerintah dengan efek Trump 2.0 atau periode kedua kepemimpinannya tersebut membuka peluang bagi Indonesia menjadi tempat relokasi pabrik dari China maupun negara yang terkena restriksi dagang oleh AS.
"Kami melihat bahwa Indonesia memiliki peluang untuk dapat lebih kompetitif, memperbaiki diri agar dapat meraih potensi pasar dari negara-negara yang restricted," lanjutnya.
Meski demikian, Eka tidak memungkiri perlunya antisipasi pergerakan ekonomi yang cenderung menghindari risiko dan lebih memilih menempatkan dana di safe haven, mengingat perekonomian Amerika Serikat yang juga masih sangat kuat.
Alhasil, bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang meningkat, perkembangan tersebut menyebabkan makin besarnya preferensi investor global untuk memindahkan portofolionya ke AS.
Prospek investasi di Indonesia pun masih terbuka dengan langkahnya mempertahankan investor lama yang sangat mengenal dan mempercayai fundamental ekonomi Indonesia.
Untuk itu, melalui MIF 2025, menjadi salah satu ajang untuk mensosialisasikan dan memberikan informasi mengenai investasi di Indonesia.
"Kami melakukan sosialisasi antara lain melalui forum Mandiri Investment Forum ini untuk memberikan informasi-informasi terkini dan juga hal yang dapat memberikan added positive value terhadap perekonomian Indonesia dan meningkatkan confident investor untuk di Indonesia," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Capital Market Mandiri Sekuritas Silva Halim tidak menampik bahwa kebijakan Presiden AS yang Trump berpotensi memberikan tekanan terhadap pasar keuangan global dan menyebabkan volatilitas.
"Tetapi untuk Indonesia dengan valuasi saham yang sekarang menarik dan juga dengan dividend yield yang tinggi kami optimistis itu bisa memberikan imbal hasil yang menarik untuk investor," tuturnya.
Terlebih, bila nantinya kebijakan pro-growth pemerintah mulai berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan juga laba bersih dari perusahaan-perusahaan di IHSG.
Dirinya meyakini, fundamental yang baik membuat investor masih menunjukkan minat yang tinggi untuk berinvestasi di Indonesia.
Indonesia sendiri membutuhkan lebih dari Rp1.800 triliun untuk investasi langsung, sebagaimana target Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Sementara pemerintah membutuhkan pembiayaan yang lebih besar untuk mendanai program-program Presiden Prabowo Subianto pada 2025.