Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia terpantau bergerak variatif pada pada perdagangan Selasa (14/1/2025) di tengah kabar bahwa tim ekonomi Donald Trump sedang mempertimbangkan kenaikan tarif secara bertahap.
Mengutip Bloomberg, beberapa pasar yang terpantau menguat di antaranya adalah China dengan indeks komposit Shanghai naik 1,18% ke 3.197,98.
Selanjutnya, indeks Hang Seng Hong Kong juga menguat 0,99% ke 19.060,55, sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,32% ke level 8.217,90. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,09% ke 7.023,23.
Di sisi lain, sejumlah pasar lain di Asia mengalami koreksi. Tercatat, indeks Topix Jepang melemah 1,27% ke level 2.679,75. Indeks Kospi Korea Selatan juga terpantau terkoreksi tipis 0,03% ke level 2.488,75.
Indeks SET Thailand melemah 1% ke level 1.354,34, sedangkan indeks PSEI FIlipina turun 0,75% ke level 6.295,70. Sementara itu, indeks Nifty50 India terkoreksi 1,47% ke level 23.085,95.
Adapun, kemungkinan tarif AS yang diterapkan secara bertahap menimbulkan optimisme di seluruh Asia, mengingat ancaman Trump telah membayangi semua instrumen investasi di kawasan tersebut, khususnya China.
Laporan tersebut juga dapat membantu meredakan kekhawatiran inflasi karena para pedagang memantau data AS pada minggu ini yang dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang lintasan suku bunga Fed.
Kepala ekonom Asia di HSBC Holdings Plc, Frederic Neumann menyebut pemberlakuan tarif secara bertahap juga dapat memberi sedikit lebih banyak ruang bagi eksportir Asia untuk menemukan pasar alternatif atau menyesuaikan strategi penetapan harga mereka dengan tarif impor AS.
Akan tetapi, dia menyebut pada akhirnya, tarif AS akan terbukti sama mengganggunya bagi perdagangan.
“Investor mungkin dapat bernapas lega setelah rencana tarif terperinci diluncurkan karena ini akan menghilangkan ketidakpastian atas jadwal dan tingkat tarif," ujar Neumann.