Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan kapasitas penyimpanan bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mencapai 8,6 juta kiloliter (kL) per November 2024. Kapasitas tersebut tersebar di 356 lokasi fasilitas penyimpanan.
"Untuk infrastruktur BBM, kapasitas penyimpanan BBM nasional sebesar 8,6 juta kL dengan jumlah sarana prasarana penyimpanan di 356 lokasi," kata Yuliot dalam acara Hilir Migas Conference, Expo & Award di Jakarta, Kamis (12/12/2024).
Adapun, perincian fasilitas penyimpanan itu adalah 197 lokasi fasilitas penyimpanan milik PT Pertamina (Persero) dan non-Pertamina 159 lokasi.
Baca Juga
Yuliot juga mengatakan, distribusi BBM dilakukan melalui 9.425 penyalur. Jumlah itu terdiri atas 7.374 SPBU, 618 SPBU kompak, 604 SPBN, 289 AMT, dan 580 penyalur BBM 1 harga yang tersebar, terutama di daerah 3T atau tertinggal, terdepan, dan terluar.
Sementara itu, untuk realisasi infrastruktur gas bumi, Yuliot mengatakan, panjang pipa gas bumi terus meningkat setiap tahun.
"Pada tahun 2024 sampai dengan November panjang pipa gas bumi sepanjang 22.520,57 km dengan rincian panjang pipa transmisi 5.370,52 km, pipa distribusi 6.272,92 km, dan pipa jargas 10.877,13 km," tutur Yuliot.
Lebih lanjut, Yuliot mengatakan, sektor migas tetap menjadi sektor yang menunjang pemenuhan energi bagi masyarakat, termasuk dalam masa transisi energi. Dia menyebut, pada target bauran energi 2050 target porsi minyak bumi masih di kisaran 20% dan gas bumi di kisaran 24%.
Dia juga mengatakan peningkatan pemanfaatan gas bumi pada sektor industri maupun rumah tangga dilakukan melalui jaringan gas (jargas).
Yuliot mencatat sampai dengan September 2024, telah terpasang jargas APBN sebanyak 703.000 sambungan rumah (SR) dan jargas non-APBN sebanyak 400.000 SR.
Adapun, target pengembangan jargas 2030 sebanyak 5,5 juta SR. Realisasi target ini diharapkan dapat menurunkan impor LPG sebesar 550 kilotonnes per annum (KTPA) dan menghemat subsidi sekitar Rp5,6 triliun per tahun.
"Prioritas gas domestik dilakukan dengan integrasi pipa gas sepanjang Sumatra, dan integrasi Sumatra-Jawa. Hal ini dilakukan untuk menyalurkan potensi gas bumi dari WK Agung dan WK Andaman Aceh untuk dimanfaatkan di Jawa dan Sumatra," kata Yuliot.
Dia menambahkan bahwa integrasi pipa gas dari Sumatra ke Jawa dilakukan antara lain melalui investasi pembangunan pipa gas bumi Cisem dan Dusem.