Bisnis.com, JAKARTA – Moody’s Analytics memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada 2025 dan 2026 akan terdampak penerapan tarif perdagangan dari presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dalam laporan terbarunya, Moody’s memangkas outlook pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China pada 2025 menjadi 4,2% dari 4,7% sebagai imbas ancaman kenaikan tarif impor. Jika tarif yang lebih ketat bertahan hingga 2026, Moody’s memperkirakan pertumbuhan ekonomi dapat melambat lebih lanjut menjadi 3,7%.
Moody’s mengatakan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih menimbulkan tantangan yang signifikan terhadap prospek perekonomian China.
Ancaman langsung terhadap ekonomi China berasal dari tarif yang diusulkan Trump. Pada masa kampanye, ia berbicara akan mengenakan tarif antara 10% dan 20% untuk semua impor AS, tetapi 60% untuk barang-barang dari China, dan bahkan 100% atau lebih untuk produk-produk tertentu.
”Meskipun sebagian dari hal ini mungkin merupakan gertakan politik, China jelas menjadi sasaran utama [Donald Trump],” tulis analis Moody’s Harry Cruise dan Sarah Tan dalam risetnya, dikutip Selasa (26/11/2024).
Jika tarif impor AS dari China naik mulai Juni 2025, tarif tersebut akan mencapai puncaknya sebesar 40% pada akhir tahun 2025 dari sekitar 10% saat ini. Adapun tarif impor dari negara lain naik dari sekitar 1% saat ini menjadi 5% pada periode yang sama.
Baca Juga
Penurunan outlook PDB China ini sebagian besar berasal dari pelemahan ekspor dan investasi. Namun, mengingat pengeluaran rumah tangga China sudah buruk, Moody’s mengatakan dampak terhadap konsumsi tidak terlalu terasa.
”Kami memperkirakan tarif impor AS akan turun hingga tahun 2026, stabil di sekitar 20% untuk China pada akhir tahun 2027, sementara kembali ke tingkat saat ini untuk seluruh dunia pada akhir tahun 2026,” lanjutnya.
Sebelumnya, Donald Trump berjanji akan mengenakan tarif impor tambahan kepada China dan juga negara tetangganya, Kanada dan Meksiko, yang memberikan perlawanan tajam terhadap ekspektasi bahwa dia akan melunakkan kebijakan perdagangannya selama masa jabatan kedua.
Mengutip Bloomberg pada Selasa (26/11/2024), Trump mengatakan dia akan mengenakan tarif tambahan 10% pada barang-barang dari China dan tarif 25% pada semua produk dari Meksiko dan Kanada. Hal itu diungkapkannya dalam unggahan di media sosial Truth Social miliknya pada Senin waktu setempat, yang membuat dolar AS menguat dan ekuitas melemah.
Trump menganggap pungutan baru itu diperlukan untuk menekan migran dan obat-obatan terlarang yang mengalir melintasi perbatasan. Trump menuduh China gagal menepati janji untuk memberlakukan hukuman mati bagi para penyelundup fentanil, dengan menulis bahwa narkoba mengalir ke Amerika Serikat (AS), sebagian besar melalui Meksiko, pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya.
"Sampai saat itu berhenti, kami akan mengenakan Tarif tambahan 10% kepada China, di atas tarif tambahan apa pun, pada semua produk mereka yang masuk ke Amerika Serikat," kata Trump.
Dalam unggahan lainnya, presiden terpilih itu juga berjanji akan mengenakan tarif sebesar 25% pada Meksiko dan Kanada untuk semua produk. Trump juga mengatakan bahwa dia akan menandatangani perintah eksekutif untuk memberlakukan tarif tersebut pada hari pertamanya menjabat.