Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Didepak, LG Janjikan Investasi Baterai EV Rp28,5 Triliun di RI

LG Energy Solution (LGES) disebut akan menambah investasi US$1,7 miliar atau setara Rp28 triliun pada proyek baterai di Indonesia.
Sel baterai kendaraan listrik berdiameter 46 milimeter milik LG Energy Solution Co. di pameran InterBattery di Seoul, Korea Selatan, Rabu (5/3/2025)./Bloomberg-SeongJoon Cho
Sel baterai kendaraan listrik berdiameter 46 milimeter milik LG Energy Solution Co. di pameran InterBattery di Seoul, Korea Selatan, Rabu (5/3/2025)./Bloomberg-SeongJoon Cho

Bisnis.com, JAKARTA — Investasi LG Energy Solution (LGES) dipastikan tetap mengalir di Indonesia meski telah didepak dari Grand Project ekosistem baterai listrik berbasis nikel di Indonesia. Posisinya kini direbut oleh pabrikan baterai asal China, Zhejiang Huayou Cobalt.

Sementara itu, LGES memilih untuk fokus pengembangan pabrik sel baterai yang merupakan perusahaan patungan dengan Hyundai yakni PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power. Produsen baterai asal Korea Selatan itu disebut akan menambah investasi US$1,7 miliar atau setara Rp28 triliun.

Adapun, pabrik PT HLI juga dikenal dengan sebutan Proyek Omega yang merupakan joint venture (JV) ke-4 dalam Grand Project ekosistem baterai RI. Proyek ini fokus pada produksi sektor hilir berupa cells battery untuk menyuplai kebutuhan produksi kendaraan listrik di pabrik Hyundai.

Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkap investasi LGES dan Hyundai di pabrik HLI sebesar US$1,1 miliar atau setara dengan Rp18,46 triliun. Pabrikan tersebut telah berproduksi sejak Juli 2024.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengatakan LG tetap berkomitmen penuh pada proyek pabrik sel baterai tersebut. Hingga saat ini, investasi yang telah tertanam yakni senilai US$1,1 miliar atau setara Rp18,46 triliun.

"Mereka sudah ada pembicaraan awal dengan pihak kami mereka ingin menambah investasinya yang US$1,1 miliar, itu mau ditambah lagi US$1,7 miliar untuk pengembangan expansion dari investasi tersebut," kata Rosan dalam konferensi pers, Selasa (29/4/2025).

Dia pun mengaku akan segera berkunjung ke pabrik tersebut pada Rabu (30/4/2025) pagi ini untuk membahas lebih lanjut rencana ekspansi. Pihaknya mengapresiasi LG untuk tetap berkomitmen secara konkret pada pabrik sel baterai yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat itu.

Adapun, Rosan menegaskan bahwa JV 4 yang merupakan patungan antara Hyundai dan LG serta Indonesia Battery Coorporation (IBC) ini merupakan salah satu bagian dari rencana Grand Package yang telah berhasil terealilsasi.

"JV 4 ini total investasinya itu bisa mencapai nanti kalau sudah selesai JV 4 ini US$2,8 miliar yang sesuai dengan target awal untuk di JV 4," jelasnya.

Namun, LG tetap hengkang untuk JV 1-3 dalam megaproyek baterai. Rosan tak memungkiri bahwa Grand Package ekosistem baterai Ri ini merupakan transaksi yang besar dan memiliki struktur yang kompleks.

"Total investasinya LG [awalnya] kalau tidak salah US$9,8 miliar terbagi dalam 4 bagian, jadi dari setiap bagian, ada 1 JV ada sendiri, kedua ada JV sendiri, ketiga ada JV sendiri, yg ke 4 juga ada JV sendiri, karena nilainya sangat besar, partnernya juga berbeda," tuturnya.

Dia menerangkan pada JV 1, LG merupakan pemegang saham minoritas di proyek hulu pertambangan bersama BUMN Indonesia, Aneka Tambang (ANTM). Kemudian, pada JV 2-3 merupakan pengolahan beragam produk tambang.

"Tambangnya ini kemudian diolah jadi produk sendiri namanya nickel matte, diproduksi lagi jadi nickel sulfat, kemudian jadi prekursor, katoda, anoda, kemudian cells battery, battery pack, sampai recycle battery, ini kerja sama yang berbeda," jelasnya.

Rosan mengaku tidak begitu ambil pusing dengan hengkangnya LG di JV 1-3 lantaran negosiasi alot pada transaksi sebesar itu disebut wajar. Apalagi, pemerintah telah menemukan pengganti LG yaitu Zhejiang Huayou Cobalt Co.

"Huayou yang memang sudah berinvestasi di Morowali dan Weda Bay yang berada di Sulawesi dan Maluku Utara ini berminat untuk menggantikan posisi LG. Kami pun sudah bertemu dengan Huayou," terangnya.

Prospek Investasi LG

Head of Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio Nugroho memandang keputusan LG untuk memantapkan diri mengembangkan sel baterai berbasis nikel bersama Hyundai berdasarkan pada kondisi pasar baterai listrik berbasis nikel yang tak bergairah.

"Jadi memang dari sisi regulasi ya tidak memberikan benefit jauh lebih besar ketika memproduksi baterai listrik berbasis nikel," kata Andry kepada Bisnis, Selasa (29/4/2025).

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper