Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kejar Target Pembangkit EBT 75 GW di 2040, PLN & ESDM Lakukan Modeling

PLN dan Kementerian ESDM membuat modeling untuk memenuhi kebutuhan listrik dari pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) sebanyak 75 gigawatt (GW) pada 2040.
Teknisi melakukan pengecekan rutin pada proyek PLTS Terapung Cirata, Purwakarta, Jawa Barat pada Selasa (26/9/2023). - Bisnis/Rachman
Teknisi melakukan pengecekan rutin pada proyek PLTS Terapung Cirata, Purwakarta, Jawa Barat pada Selasa (26/9/2023). - Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan pihaknya bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membuat modeling untuk memenuhi kebutuhan listrik dari pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) sebanyak 75 gigawatt (GW) pada 2040.

Darmawan mengatakan, saat ini PLN tengah melakukan finalisasi penyusunan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Dia menyebut kebutuhan listrik untuk 2024 - 2040 sekitar 100 GW. Adapun, 75 GW di antaranya berasal dari pembangkit EBT.

Darmawan pun mengatakan PLN kini rutin berkoordinasi dengan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu untuk membuat modeling agar target di atas bisa tercapai.

“Terima kasih Pak Jisman, ini yang dari Kementerian ESDM sudah melakukan joint system modeling dengan PLN, 75 GW-nya berbasis pada energi terbarukan luar biasa,” kata Darmawan dalam acara Electricity Connect 2024 di Jakarta, Rabu (20/11/2024).

Darmawan menuturkan langkah itu juga selaras dengan salah satu visi-misi dari Presiden Prabowo Subianto yang menginginkan transisi energi fosil ke energi terbarukan.

Lebih lanjut, Darmawan mengeklaim saat ini energi terbarukan semakin murah. Hal ini tak lepas dari keberadaan baterai penyimpanan energi atau battery energy storage system (BESS).

“Harga energi baru terbarukan semakin murah. Dari 25 sen kita lelang menjadi 10 sen, kita lelang menjadi 7 sen, kita lelang hanya menjadi 5 sen," ucapnya.

Oleh karena itu, Darmawan menilai peran BESS sangat penting. Apalagi, energi terbarukan berbasis pada kekuatan alam yang penuh dengan fluktuasi

“Energinya bersinar tanpa awan maka berlimpah. Mendung maka berkurang. Angin bertiup kencang, maka energi angin pun berlimpah. Musim kemarau turun hidro, musim hujan naik. Maka disini diperlukan adanya suatu kekuatan battery energy storage system agar kita bisa mengatasi fluktuasi,” ungkapnya.

Di sisi lain, juga menjelaskan saat ini harga BESS juga semakin murah. Hal ini tentu dapat mendukung pengembangan EBT.

“Dulu harga battery energy storage system itu per kWh-nya lebih dari 20 sen, turun menjadi 13 sen, turun menjadi 9 sen. Dan hari ini alhamdulillah lagi puji Tuhan battery energy storage system sudah menjadi jauh lebih murah lagi, menjadi kompetitif,” katanya.

Adapun, Indonesia berencana menawarkan peluang kepada investor internasional untuk membangun 75 GW pembangkit listrik EBT di negara ini dalam 15 tahun ke depan. 

Hal tersebut diungkapkan oleh utusan Indonesia untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB 2024 di Baku, Azerbaijan, Hashim Djojohadikusumo beberapa waktu lalu.

 "Akan ada 100 GW energi baru yang akan diterapkan oleh pemerintahan baru dalam 15 tahun ke depan, di mana 75% atau 75 GW adalah energi terbarukan," kata Hashim dalam pidato yang disiarkan langsung dikutip dari Reuters pada Selasa (12/11/2024).

Proyek energi terbarukan tersebut akan mencakup tenaga surya, air, panas bumi, dan nuklir, kata Hashim, tanpa menjelaskan rencana untuk sisa 25 GW.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper