Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom mengungkapkan Amerika Serikat berpeluang alami stagflasi usai Donald Trump diproyeksikan memenangkan Pilpres AS 2024. Stagflasi tersebut bisa mengancam perekonomian Indonesia.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David E Sumual menjelaskan kebijakan ekonomi Trump cenderung mengarah ke inflasioner. Artinya, kebijakan-kebijakan Trump akan cenderung menyebabkan inflasi meningkat.
Dia mencontohkan, Trump berencana mengenakan tarif bea impor sebesar 20% untuk produk nonChina dan 60% untuk produk China.
"Dampaknya, penurunan suku bunga patokan The Fed [bank sentral AS] mungkin tidak akan secepat ekspektasi semula. Di saat yang sama juga ekonomi AS melambat," jelas David kepada Bisnis, Rabu (6/11/2024).
Oleh sebab itu, sambungnya, ekonomi AS berpeluang alami stagflasi. Mengutip situs resmi DJKN Kemenkeu, stagflasi dapat dipahami sebagai situasi ekonomi dengan pertumbuhan yang lambat, tingkat pengangguran yang tinggi, sekaligus inflasi.
Dalam konteks perekonomian, AS sendiri merupakan salah satu negara mitra utama Indonesia. Oleh sebab itu, David mendorong pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) untuk mengambil langkah antisipasi yang fundamental—bukan sekadar untuk jangka pendek.
Baca Juga
"Perlu kebijakan struktural juga untuk mendorong FDI [Foreign Direct Investment/penanaman modal asing langsung] dan ekspor," ujarnya.
Sebagai informasi, Donald Trump telah mengamankan 270 suara elektoral (electoral votes) pada Pilpres 2024. Artinya, dia diproyeksikan menjadi presiden terpilih ke-47 AS.
Berdasarkan data hitung cepat 270toWin pada Rabu (6/11/2024), Trump mengalahkan pesaingnya Kamala Harris yang hanya mendapat 213. Meski masih ada 55 suara elektoral yang belum ditetapkan, tetapi Trump sudah melampaui ambang batas 270 dari 538 suara untuk mengamankan kursi kepresidenan.