Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Korea Selatan mencatat perlambatan yang melebihi ekspektasi dan laju paling lambat sejak awal 2021. Hal ini memberikan lebih banyak ruang bagi bank sentral untuk mempercepat pelonggaran kebijakan suku bunga pada tahun depan jika momentum ekonomi melemah.
Data dari Kantor Statistik Korea Selatan atau Statistics Korea pada Selasa (5/11/2024) melaporkan, indeks harga konsumen Korea Selatan naik 1,3% secara year on year (yoy) pada Oktober 2024. Catatan tersebut melambat dari capaian 1,6% yoy pada September 2024.
Perolehan tersebut juga melanjutkan tren penurunan untuk bulan ketiga berturut-turut. Ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan laju pertumbuhan harga akan mencapai 1,4%.
Kementerian Keuangan Korsel dalam pernyataannya menyambut baik angka tersebut sebagai tanda bahwa tren penurunan inflasi semakin menguat. Hal ini utamanya disebabkan oleh penurunan harga minyak dan produk pertanian.
Data terbaru ini muncul menjelang pemilu AS, sebuah peristiwa yang dapat berdampak pada perekonomian Korea Selatan yang bergantung pada perdagangan seiring perdebatan Donald Trump dan Kamala Harris mengenai kebijakan perdagangan.
Lee Jung-hoon, ekonom di Eugene Investment & Securities Co menyebut, meski angka inflasi terbaru ternyata sesuai perkiraan, dampak dari inflasi tersebut akan membayangi prospek Korea Selatan dan dapat mendorong bank sentral untuk melakukan pemotongan lebih cepat dari perkiraan.
Bulan lalu, Bank of Korea (BOK) melakukan pelonggaran kebijakan dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,25%. Keputusan tersebut didukung oleh moderasi inflasi, yang turun di bawah target bank sentral sebesar 2% dan menurunnya harga properti di Seoul.
Meskipun demikian, BOK tampaknya akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah ketika bertemu pada tanggal 28 November 2024, kata sebagian besar ekonom, karena para pembuat kebijakan berupaya untuk menilai dampak penurunan suku bunga pada bulan Oktober karena mereka tetap waspada terhadap tanda-tanda pasar perumahan mungkin akan kembali memanas.
“Namun, kami memperkirakan Bank of Korea tidak akan menurunkan suku bunga lagi hingga bulan Januari, karena BOK akan menilai dampak pelonggaran pada bulan Oktober,” ujar Hyosung Kwon, ekonom Bloomberg Economics dikutip dari Bloomberg pada Selasa (5/11/2024).
Reli ekspor yang menurun telah menambah ketidakpastian terhadap prospek ekonomi Korea Selatan dalam beberapa minggu terakhir, yang disebabkan oleh lemahnya belanja swasta dan masih adanya risiko kredit di industri konstruksi. Risiko yang berasal dari pemilu AS minggu ini dan konflik Timur Tengah juga membebani sentimen perekonomian.
Faktor-faktor tersebut telah mendukung bank sentral untuk mempercepat siklus pelonggaran kebijakannya pada tahun depan.