Sama seperti Indonesia, kedua negara itu juga memiliki keunggulan dalam tenaga kerja murah dan infrastruktur pendukung yang berkembang pesat, sehingga mampu memproduksi bahan baku obat dan produk farmasi dengan harga yang kompetitif.
"Sementara itu, di Indonesia infrastruktur R&D masih kurang berkembang. Ada keterbatasan fasilitas laboratorium, kolaborasi dengan universitas, dan investasi dalam teknologi maju, sehingga secara umum ekosistem R&D belum terintegrasi," tutupnya.
Adapun, berdasarkan dokumen visi-misi Prabowo-Gibran, terdapat janji memperjuangkan kemandirian industri obat dan vaksin nasional secara bertahap.
Selain itu, ada pula janji untuk meningkatkan industri obat tradisional untuk mewujudkan harga obat yang terjangkau dan berbiaya murah, serta vaksin yang halal untuk masyarakat melalui kekuatan lokal.
Tertulis pula janji bahwa Prabowo-Gibran akan menurunkan dan bahkan menghapuskan bea masuk sejumlah alat kesehatan yang masih belum mampu diproduksi di dalam negeri melalui perubahan kategori dari barang mewah.
Terakhir, pemerintah baru juga berjanji akan memastikan ketersediaan obat dan penggunaan obat rasional (POR) di fasilitas pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di Puskesmas.